Friday, July 15, 2011

Ketika Hal Baik Terjadi Pada Orang Jahat


Mungkin kita sering berpikir mengapa hal - hal yang buruk / negatif terjadi dalam hidup kita, sementara kita sudah berusaha melakukan hal - hal yang baik. Banyak orang mungkin bertanya, mengapa masih banyak koruptor dan orang - orang yang melakukan kecurangan dapat hidup dengan nyaman, sukses, memiliki segalanya, bahkan ketika menjalani kegiatan agama, mereka terlihat saleh di depan banyak orang.

Ini merupakan sebuah pengakuan jujur akan suatu hal yang seharusnya tidak boleh ada di hati kita : sikap iri hati. "Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir. Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik. Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain...(Mazmur 73:2-5)" 

Dalam benak kita sudah terpola suatu konsep yaitu bahwa orang baik seharusnya bernasib baik dan orang jahat bernasib buruk. Maka jika kemalangan menimpa orang-orang yang kita pandang baik kita akan sangat bersimpati dan jika menimpa pada orang jahat, kita akan berkata, "sudah karmanya", atau "menuai apa yang dia tabur.". Nah, ketika ternyata keberuntungan dialami orang yang jahat, "rasa keadilan" kita mulai terganggu. 

Apakah saat ini kitapun mengalami perasaan yang sama dengan Asaf ? Asaf sudah mengalami semuanya itu. 
Mazmur 73 menunjukkan bagaimana Asaf dengan jujur juga mengemukakan isi hatinya, dengan kesadaran bahwa nyaris ia tergelincir, yaitu jatuh ke dalam dosa iri hati, akibat rasa tidak terima melihat orang jahat menikmati kebahagiaan, dan Allah sepertinya tidak bertindak apa-apa. Kita marah, sakit hati, dan orang yang membuat kita kepahitan toh tenang-tenang saja dan kita rugi sendiri.

Lalu bagaimana seharusnya reaksi kita ? Mazmur 73:21-26 memberi jawaban kepada kita : 
"Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya, aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu. Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku. Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan. Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.

Dengan selalu tinggal di hadirat Tuhan, kita akan sadar bahwa di luar sana semua kesia-siaan. Ingatlah bahwa kebahagiaan orang fasik semu. Memang dengan kemampuan sendiri kita tidak bisa menghibur diri. Kita perlu Roh Kudus untuk menuntun kita sampai kita bisa melihat segala sesuatu dengan kaca mata Tuhan. 

Ketika cara pandang kita berubah, kita akan bisa menjadi pribadi yang bahagia dan bersyukur dalam segala keadaan. Mari izinkan Allah memproses dan membawa kita kepada level yang Ia kehendaki, sehingga kita dapat memahami bahwa hidup ini menjadi bearti bukan karena kita memiliki segala sesuatu, melainkan apabila hidup kita berkemenangan dan menyenangkan hati Tuhan.

No comments:

Post a Comment