Thursday, July 1, 2010

Manusia Berencana, TUHAN Menentukan



Manusia Berencana, TUHAN Menentukan
Pdt. Dr. Benny Santoso, Ph.D. | Keb. III Minggu, 11 Agustus 2002
Disadur oleh Hardi Suryadi | Tanggal Terbit : Minggu, 19/09/04



AMSAL 16:1
1 Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN.

Setiap manusia memiliki rencana-rencana di dalam kehidupannya. Manusia dapat menyusun rencana karena dilengkapi ALLAH dengan kemampuan berpikir. Jadi memiliki rencana di dalam kehidupan kita bukanlah merupakan suatu kesalahan atau merupakan hal yang tidak berkenan kepada TUHAN. Justru orang yang tidak memiliki rencana di dalam hidupnya adalah seseorang yang tidak mau berpikir tentang apa yang harus dilakukannya. Tetapi TUHAN yang Maha Kuasa yang menentukan segala sesuatu, termasuk apakah rencana kita itu dapat terlaksana atau tidak. Contohnya: pada umumnya wanita memiliki suatu rencana untuk menikah kemudian merencanakan untuk memiliki anak. Tetapi apakah yang direncanakannya itu akan benar-benar terlaksana sesuai dengan rencananya? Ada pasangan suami istri yang merencanakan untuk memiliki anak, tetapi belum tentu dikaruniai anak oleh TUHAN. Mereka berusaha sedemikan rupa hingga mencoba metode bayi tabung agar apa yang direncanakannya berhasil. Walau berusaha dengan cara apapun juga, tetapi TUHANlah yang menentukan segala sesuatunya.

1 SAMUEL 1:1, 2
1 Ada seorang laki-laki dari Ramataim-Zofim, dari pegunungan Efraim, namanya Elkana bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim. 2 Orang ini mempunyai dua isteri: yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina; Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak.

Elkana memiliki dua orang istri, tetapi istrinya yang pertama (Hana) justru tidak dikaruniai anak karena rahimnya tertutup, dan semua itu adalah keputusan TUHAN. Hana ditakdirkan untuk tidak memiliki anak. Tetapi sekalipun demikian, ternyata Hana tidak berdiam diri. Dia memperjuangkan nasibnya. Apakah perjuangan kita untuk mengubah nasib kita yang kurang baik merupakan perbuatan yang melawan TUHAN? Tentu tidak. TUHAN memang menentukan takdir kita, tetapi nasib kita ditentukan oleh kita sendiri. Jikalau kita tidak memiliki anak padahal sudah menikah sekian lama kemudian kita berkata: "memang nasib saya begini", maka hal itu berarti kita sudah menyerah. Kita patut mencontoh Hana yang melakukan perjuangan untuk mengubah nasibnya dengan cara berdoa dengan tekun, sehingga akhirnya ia dikaruniai anak oleh TUHAN.

Contoh lainnya adalah Hizkia yang ditentukan atau ditakdirkan TUHAN, bahwa dia akan segera meninggal. Tetapi sekalipun ia ditakdirkan mati dan umur itu ada di dalam kuasa TUHAN, ia tidak menyerah. Ia masuk ke dalam kamarnya untuk berdoa dengan sungguh-sungguh kepada TUHAN supaya TUHAN memperpanjang umurnya. Dan kenyataannya ALLAH mendengar permintaan Hizkia kepada ALLAH. Walaupun ALLAH mentakdirkan segala sesuatu di dalam kehidupan manusia, tetapi kita memiliki suatu kesempatan untuk berjuang dalam nasib. Janganlah kita mudah menyerah kepada nasib, sebab jika kita menyerah, maka hal yang terjadi selanjutnya adalah karena kesalahan kita sendiri. Apalagi sebagai anak-anak TUHAN, kita diberikan kesempatan untuk berdoa dan memohon kepada DIA. ALLAH kita adalah ALLAH yang penuh kasih, sehingga IA tidak akan segan-segan untuk mengubah hal yang telah ditentukanNYA sendiri. Memang tidak semua yang kita perjuangkan dikabulkan oleh ALLAH, tetapi setidak-tidaknya kita sudah mencoba untuk memperjuangkan nasib kita di dalam doa kepada ALLAH. Sebagai manusia yang memiliki pengetahuan yang terbatas, kita tidak mengetahui hal yang telah ditakdirkan TUHAN atas hidup kita. Tetapi karena perjuangan kita di dalam doa, maka tanpa kita sadari takdir tersebut diubah oleh TUHAN.

Saya tidak pernah menyangka kalau TUHAN mentakdirkan diri saya untuk menjadi seorang pendeta, mengingat saya dahulu adalah seorang yang nakal (bajingan). Usaha-usaha dalam pekerjaan dan bisnis yang saya lakukan gagal hingga saya akhirnya menyerah dalam rencana TUHAN untuk menjadi hambaNYA. Hal tersebut bukanlah hal yang mudah, tetapi saya mau memperjuangkan nasib saya walaupun harus menempuh jalan berliku. TUHAN melihat perjuangan yang saya lakukan dalam menjadi hambaNYA, sehingga pada akhirnya TUHAN mengubah kehidupan saya. Mulanya saya bagaikan onggokan sampah di mata manusia, namun diubahkan menjadi mulia di hadapan TUHAN.

Hal inilah yang harus kita ketahui dan pahami supaya kita jangan mudah menyerah pada nasib, tetapi harus mau memperjuangkannya. Dengan kuasa TUHAN, kita sanggup mengubah segala sesuatu yang kurang baik di dalam hidup kita, asalkan kita memiliki kemauan, tidak bersikap masa bodoh. Semua manusia ditakdirkan mati karena dosa, tetapi tidak semua orang masuk ke dalam neraka. Kalau dia berjuang dengan mau mempercayai Firman ALLAH, maka dia akan diubahkan menjadi anak-anak ALLAH yang layak memasuki Kerajaan Sorga. Tanpa perjuangan, tidak akan ada mahkota yang akan kita terima dan tanpa perjuangan jangan pernah kita berharap menerima hidup kekal sekalipun YESUS sudah mati menebus dosa kita. Perjuangan penting yang harus kita lakukan adalah beribadah dengan sungguh-sungguh dan mengutamakan TUHAN. Tetapi memang tidak mudah untuk seseorang mau percaya kepada Firman, sebab manusia cenderung lebih mudah mempercayai berita yang jahat, tetapi sulit untuk mencerna berita yang baik. Karena itu kita harus mau berjuang dan berusaha dengan sungguh-sungguh.

1 SAMUEL 1:9-11
9 Pada suatu kali, setelah mereka habis makan dan minum di Silo, berdirilah Hana, sedang imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu bait suci TUHAN, 10 dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu. 11 Kemudian bernazarlah ia, katanya: "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya."

Hana tidak mau menyerah pada nasib, ia berjuang dalam doa dengan hati yang hancur di hadapan TUHAN. Karena ALLAH itu kasih, IA tidak tahan melihat tetesan air mata anak-NYA. Bukan hanya berdoa dengan sungguh-sungguh, tetapi doa Hana juga disertai dengan nazar. Dari doa Hana yang disertai nazar itu kita dapat menarik suatu pelajaran bahwa apa yang diminta Hana dalam doa bukan bertujuan untuk memuaskan dirinya sendiri, melainkan untuk memuliakan nama TUHAN. Kalau kita berdoa hanya untuk kepentingan kita sendiri, maka ALLAH tidak akan berkenan terhadap doa tersebut. Tetapi jika doa kita bertujuan untuk memuliakan nama TUHAN, maka DIA pasti berkenan dan menjawab doa kita.

Ayat yang mengatakan "mintalah, maka kamu akan diberi" merupakan jaminan yang pasti bagi setiap orang yang percaya kepadaNYA. Tetapi kita harus ingat bahwa permintaan kita itu haruslah sesuai dengan kehendak BAPA di Sorga. Dengan demikian kita belajar untuk mengerti dan tidak menyalahkan TUHAN bila doa kita tidak dikabulkan-NYA. Contoh yang sangat mudah adalah kita tidak akan pernah memberi sebilah pisau jika anak kita yang masih kecil memintanya kepada kita, sekalipun kita sangat menyayangi anak tersebut. Tetapi jika kita tahu bahwa anak kita tersebut memang sudah mampu menggunakan pisau dan memerlukannya, maka kita pasti akan memberikannya.

1 SAMUEL 1:19-20
19 Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN; kemudian pulanglah mereka ke rumahnya di Rama. Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, TUHAN ingat kepadanya. 20 Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: "Aku telah memintanya dari pada TUHAN."

Hana dan Elkana bangun pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN. Ayat di atas mengajarkan kita untuk membiasakan diri kita untuk bangun pagi-pagi. Jika kita mau mencari hadirat TUHAN, maka kita harus bangun pagi-pagi. Sebab Manna -gambaran Firman- turun pada waktu pagi-pagi seperti embun, dan ketika matahari terbit maka Manna tersebut meleleh. Sikap dan tindakan kita yang mau bangun pagi hari untuk mencari Firman akan dinilai oleh TUHAN, sehingga kita akan menerima rejeki yang datang dari TUHAN seperti Hana yang mendapat karunia anak dari TUHAN.

Setiap hari saya membiasakan diri untuk bangun pagi, sekalipun seringkali harus tidur larut malam. Setelah saya berdoa kemudian saya masuk ke dalam kantor saya dan saya mulai merenungkan Firman TUHAN dan menyusun bahan-bahan khotbah. Dengan demikian TUHAN memberikan wahyu dan kemampuan kepada saya untuk menyusun khotbah dan menyampaikan Firman-NYA kepada jemaat.

AMSAL 16:3
3 Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu.

Jika kita lihat secara sekilas, uraian yang telah dijelaskan sebelumnya seolah-olah bertentangan dengan ayat di atas. Sebelumnya dikatakan bahwa kita harus memperjuangkan nasib kita, tetapi ayat di atas mengatakan bahwa kita harus menyerahkan semua kepada TUHAN. Sebenarnya kedua hal itu tidaklah bertentangan, karena yang dimaksudkan adalah kita harus berjuang, tetapi perjuangan itu harus disertai dengan iman kepada TUHAN.

Jadi menyerahkan hidup dan segala rencana kita kepada TUHAN itu bukan berarti kita tidak melakukan apa-apa dan menunggu dengan pasif. Kita harus tetap bekerja dan berusaha, karena ada ayat yang mengatakan bahwa orang yang tidak mau bekerja tidak layak untuk makan. Tetapi kita memiliki iman bahwa pekerjaan yang kita kerjakan itu merupakan berkat TUHAN dan IA pasti memberkati pekerjaan kita. Mintalah petunjuk TUHAN di dalam setiap pekerjaan dan rencana kita, sebab rezeki itu berasal dari padaNYA. Dengan demikian segala pekerjaan dan rencana kita pasti berhasil. Jangan kita beranggapan bahwa mengikutsertakan TUHAN dalam kehidupan kita hanya pada saat kita beribadah pada hari Minggu saja, sedangkan pada hari-hari lain kita mengandalkan kekuatan kita sendiri.

Tanpa TUHAN YESUS, Petrus tidak berhasil mendapat seekor ikanpun setelah sepanjang malam berusaha menangkap ikan. Ketika dia kembali ke pantai dan mencuci jalanya, TUHAN YESUS menghampiri Petrus dan memerintahkannya agar membawa perahunya agak ke tengah danau dan kemudian IA mengajar dari atas perahu Petrus. Setelah mengajar, TUHAN YESUS memerintahkan Petrus agar dia menebarkan jalanya. Petrus berkata bahwa semalam-malaman mereka mencari ikan di tempat itu dan tidak menghasilkan apa-apa. Tetapi karena TUHAN yang memerintahkannya, maka dia mau menurut perkataan TUHAN. Ketika jala yang telah ditebarkan tersebut ditarik ke atas, ternyata jala tersebut penuh dengan ikan. Dari hal ini dapat ditarik pelajaran bahwa bila kita mengikutsertakan TUHAN di dalam segala pekerjaan kita, maka kita akan berhasil dan semua perkara akan terselesaikan dengan baik.

AMSAL 14:12
12 Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.

Seringkali kita mencari penyebab tentang apa yang membuat kita mengalami kegagalan di dalam kehidupan kita. Misalnya saja kita mengalami kerugian di dalam usaha dagang. Padahal pada awal kita melakukan usaha, kita telah memperhitungkan segala sesuatunya dengan cermat. Dengan demikian kita memperkirakan bahwa usaha yang kita lakukan sudah benar dan akan berhasil. Apa yang kita pikirkan benar belum tentu demikian kenyataannya, karena banyak hal yang kita tidak ketahui. Karena itu jangan pernah menganggap diri kita sanggup melakukan sesuatu tanpa pertolongan TUHAN, tetapi hendaklah kita merendahkan diri kita di hadapan TUHAN untuk meminta petunjukNYA, sebab DIAlah yang mengetahui segala sesuatu dan menentukan semuanya.

Contoh lainnya adalah dalam mencari pasangan hidup. Banyak orang yang menganggap bahwa calon pasangannya itu yang paling tepat karena melihat dari sikap calon pasangannya yang penuh perhatian sehingga lupa bertanya kepada TUHAN. Kalau kita meminta petunjuk TUHAN, DIA pasti akan menyatakan kepada kita apakah orang tersebut adalah jodoh kita. Kadang-kadang kita tertipu dengan penampilannya, sehingga yang kita dapat akhirnya adalah kekecewaan karena si calon pasangan itu memiliki banyak kekasih.

MATIUS 7:3
3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?

Selain mengalami kegagalan, jika kita merasa diri kita atau pendapat kita sudah benar, maka ia akan menganggap bahwa pendapat orang lain itu salah. Hal ini yang sangat perlu untuk diperhatikan, yaitu jangan sampai kita pandai melihat kesalahan orang lain, tetapi kita sendiri tidak tahu kelemahan kita dan kita selalu menganggap bahwa diri kitalah yang paling benar. Padahal apa yang kita pikirkan belum tentu benar. Seorang suami jika hanya ingin membenarkan dirinya sendiri, maka si istri menderita. Jadi kita harus menimbang segala sesuatu dengan suatu pemikiran bahwa "saya belum tentu benar". Kalau kita merasa diri kita belum tentu benar, maka kita mau mendengarkan perkataan orang lain.

Kadang kadang TUHAN memakai anak saya untuk mengucapkan sesuatu untuk menegur saya. Kalau saya menganggap bahwa saya ini adalah ayahnya dan menganggap remeh pendapat dan tegurannya, maka saya hanya akan mengalami kerugian. Sebab TUHAN dapat menegur dan menasehati kita melalui berbagai macam cara, baik melalui mimpi, penglihatan, juga melalui perkataan orang lain.

AMSAL 21:2
2 Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHANlah yang menguji hati.

Pada umumnya manusia menganggap dirinya sendiri sudah benar, tetapi belum tentu benar menurut pandangan TUHAN. Tetapi jika kita diuji TUHAN, memakai pikiran TUHAN dan menggunakan hati yang diserahkan kepada TUHAN, maka cara kita memandang sesuatu pasti berbeda. Sehingga kita akan dapat menerima keputusan yang datang dari TUHAN. Paulus berkata: "Aku memiliki pikiran KRISTUS..." Inilah yang membuat Paulus berhasil dalam melakukan pemberitaan Injil yang ditugaskan TUHAN kepadanya. Karena itu saya selalu belajar menerapkan hal ini dalam segala pelayanan yang saya kerjakan bagi TUHAN. Berdasarkan pikiran KRISTUS, saya melayani dalam KKR untuk membagikan berkat yang telah saya terima dari TUHAN, bukan untuk mencari uang dan keuntungan tertentu ataupun ingin dipuji oleh manusia.

TUHAN menguji hati setiap orang dan TUHAN akan memberkati setiap orang yang mau melakukan pekerjaanNYA dengan motivasi yang benar. Kita harus tahu tentang motivasi kita dalam melakukan sesuatu, sebab manusia kadang-kadang tidak mengetahui motivasinya dalam mengerjakan sesuatu. Tetapi TUHAN mengetahui semuanya itu. Sebab jika kita tetap melakukan sesuatu dengan motivasi yang salah, maka kita akan diminta pertanggung jawaban oleh TUHAN.

MAZMUR 139:23-24
23 Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; 24 lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!

Daud memiliki kepribadian yang sangat luar biasa sebab ia berani meminta kepada TUHAN untuk menyelidiki hatinya agar tidak berbuat kesalahan dalam memimpin bangsa Israel yang begitu besar. Sebagai raja yang diberkati TUHAN, Daud tidak menginginkan dirinya mencuri kemuliaan TUHAN. Dengan rendah hati Daud menyadari, bahwa dia dapat menjadi raja adalah karena TUHAN.

Source :
http://www.tabernakel.org/renungan/?id=09041901