Monday, August 29, 2011

Unknown Writer, Part 8 (BI)

Demikian juga, ketika kita tergoda untuk tidak menaati Allah, kita dapat mengingat apa yang telah kita pelajari dan memilih untuk taat. Kita juga dapat berbagi pengajaran firman kepada orang lain untuk mendorong mereka supaya mempercayai-Nya juga. Kapan pun waktunya, kita harus selalu mengenakan perlengkapan senjata rohani yaitu firman Allah.
Ketika Allah menuntun kita (Ams. 16:9), Dia bekerja dengan cara-cara yang tidak kita duga. Dia bahkan bisa memakai ketidaknyamanan bagi kemuliaan nama-Nya. Di tengah rasa tidak nyaman, mungkin kita perlu memperhatikan tidak hanya apa yang kita pikir kita inginkan, tetapi juga apa yang disediakan Allah bagi kita pada hari itu.
Saat yang kita kasihi mengucapkan selamat tinggal
Dan kita harus berpisah,
Allah dapat mengisi kesepian kita
Dengan kehadiran-Nya dalam hati kita.
Yesus mengajarkan bahwa puasa adalah suatu sikap pengorbanan sebagai ibadah yang dilakukan oleh diri sendiri dan tidak boleh menjadi alat untuk menyombongkan diri dalam kerohanian. Akhirnya, Dia memberikan suatu janji: Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu (Mat. 6:18).
 “Sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai” (Mzm. 30:6).
Pernahkah Anda mengalami kesedihan yang sangat mendalam? Di tengah mengalirnya air mata Anda, ada janji sukacita di masa depan saat Anda bersandar kepada Tuhan kita yang penuh kasih.
"Serahkanlah penderitaanmu pada Yesus—Pribadi yang penuh kesengsaraan”
Pemazmur berkata, “Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman” (Mzm. 19:8). Firman Allah, yang menjaga hati kita dan membimbing langkah kita, memang pantas untuk dibagikan kepada orang lain.
Jika kita melakukan kehendak Allah, Dia akan menyertai kita sekalipun kita tidak memintanya. Jika kita tidak melakukan kehendak-Nya, kita perlu meminta pengampunan-Nya, mengubah sikap kita, dan mengikut Dia.
Ketika mimpi-mimpi kita hancur, bagaimana kita bereaksi?
Setelah Yusuf dijual sebagai budak, ia dapat saja mengalah pada perasaan mengasihani diri sendiri dan menuruti kata hatinya sendiri. Sebaliknya, Yusuf tetap setia pada Tuhan.
Tuhan menuntunnya pada suatu panggilan yang tidak pernah dibayangkan Yusuf sebelumnya. Sekarang, Tuhan rindu untuk menuntun kita.
Untuk menjadi serupa dengan Juruselamat kita dan para pengikut-Nya yang mula-mula, kita harus bertanya kepada diri kita setiap hari: “Perbuatan baik apakah yang dapat kulakukan hari ini dalam nama Yesus?” Dengan berbuat baik, kita memberikan persembahan yang berkenan kepada Allah (Ibr. 13:16) dan yang menarik orang untuk datang kepada-Nya (Mat. 5:16).
Yesus lebih dari sekadar penjaga tata surya. Dia menopang kita juga. Dialah “yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang” (Kis. 17:25).
Sampai tiba harinya Dia memanggil kita pulang, kita dapat percaya bahwa Yesus yang menjaga planet Yupiter supaya tidak terjatuh adalah juga Pribadi yang menopang kita.
Yesus berjanji akan berada di ujung sana ketika kita berpindah dari kehidupan ini ke kehidupan berikutnya. Dia berkata, “Supaya di tempat di mana Aku berada [di surga], kamu pun berada” (Yoh. 14:3). Sungguh merupakan penghiburan bagi orang percaya ketika tahu bahwa setelah kematian kita akan dibangunkan oleh Sahabat kita yang sejati.
Kita mungkin juga mengalami situasi-situasi yang mengubah jalan hidup kita. Namun, Allah mengingatkan kita tentang hal ini: Aku mengasihimu terlebih dahulu sebelum Engkau mengasihi-Ku. Aku hendak memberikan pengharapan dan masa depan kepadamu. Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Ku karena Aku yang memeliharamu.
Iman berarti “mempercayai hati Allah dan kuasa Allah.” Doa yang tampaknya tidak dijawab sebenarnya merupakan keadaan dimana Allah secara bijaksana tidak mengabulkan keinginan kita. Dia mengetahui bahwa keinginan kita bukanlah yang terbaik. Atau mungkin waktu kita bukanlah waktu-Nya, atau tidak sesuai dengan pikiran-Nya, Dia mempunyai tujuan yang lebih besar.
Yesus disebut sebagai "sahabat pemungut cukai dan orang berdosa" (Luk. 7:34). Sebagai orang Kristen, kita harus berbeda dengan dunia dalam perilaku, tetapi seperti Yesus, kita pun terjun langsung ke dalam dunia. ... Jika aku hanya berkawan dengan sesama orang Kristen, aku mungkin menjala jiwa "di tempat dimana tidak ada jiwa untuk dijala."
Hanya karena kita membaca Alkitab, berdoa, dan bersekutu dengan orang percaya lainnya, tidak berarti bahwa Allah kemudian wajib melakukan sesuatu untuk kita. Allah tidak dapat dimanipulasi. Tujuan dari kegiatan-kegiatan lahiriah tersebut adalah untuk mengembangkan hubungan kita dengan Tuhan dan untuk menolong kita menjalani hidup secara berbeda dibandingkan dengan mereka yang ada di dunia sekitar kita.
Masalah apa pun yang menyerbu,
Satu hal dapat kita yakini:
Janji Allah tak pernah gagal,
Janji-Nya akan senantiasa bertahan.
Kita tidak dapat mengetahui tentang hari esok. Namun, kita dapat meyakini hal ini: Apa pun yang terjadi, kita berada dalam pengawasan yang penuh kasih dan perhatian dari Gembala Agung kita, yang juga merupakan Anak Allah!
Apollos Theophilus Charis menulis: Kuatkan hatimu, masalah yang kamu hadapi saat ini ada agar kamu dapat belajar dari hal itu dan bertumbuh semakin kuat dalam hubungan kita dengan Tuhan. Ingatlah kawan, sebesar apapun masalahmu, Tuhan masih lebih besar dari itu. Jadi janganlah khawatir akan hidupmu karena kita punya Tuhan yang hebat dan setia menyertai kita sampai akhir zaman.
Janji Kristus kepada Paulus dan kita: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2 Kor. 12:9). Seperti teladan Paulus, dalam keyakinan akan pemeliharaan Allah, kita dapat mengatakan kepada tantangan yang kita hadapi di depan: Ayo maju!

No comments:

Post a Comment