Monday, April 25, 2011

Perumpamaan ttg 2 macam dasar : Rumah bagaimana yg sedang dibangun



Rumah yang bagaimana yang sedang Anda bangun?
Ini membawa kita kepada poin yang lain lagi. Perbedaan antara kedua macam iman (dan kedua macam kasih) ini adalah perbedaan di dalam hal memahami Yesus. Orang Kristen yang hanya berbicara tentang perkara menerima Kristus biasanya tidak dapat melihat kemuliaan, keagungan dan kebesaran-Nya. Tidak heran jika pada waktu pencobaan datang, mereka tidak dapat bertahan. Perbedaannya disebabkan oleh masalah pilihan di antara jalan yang gampang (menerima hadiah jelas gampang) dan jalan yang sukar. Jalan yang kedua ini membutuhkan pengorbanan besar karena orang harus menyangkal dirinya.

Dan ini adalah poin yang hendak ditunjukkan oleh Yesus ketika Ia menyampaikan perumpamaan tentang dua orang yang membangun rumahnya. Pada saat angin dan banjir datang melanda, salah satu jenis rumah mengalami keruntuhan dan kerusakan parah. Namun yang satunya lagi tetap bertahan tidak peduli sebesar apapun banjir dan angin yang datang melandanya. Dilihat dari luar, kedua rumah itu tampaknya sama karena kita tidak dapat melihat landasannya. Sama halnya dengan kebanyakan orang Kristen, mereka tampak sama jika dilihat dari luar. Pada saat Anda mengamati mereka di gereja, bagaimana Anda akan dapat mengenali perbedaannya? Mereka semua sangat sopan, dan memasang wajah yang ramah dan penuh senyuman. Yang satu dibangun di atas landasan batu karang sedangkan yang lainnya dibangun di atas pasir. Membangun di atas batu karang berarti membangun untuk kekekalan; membangun di atas pasir, di sisi lain, berarti hanya untuk tujuan jangka pendek, untuk masa kini.

Rumah macam apa yang sedang Anda bangun? Kehidupan yang sedang Anda jalani dapat disamakan dengan kegiatan membangun rumah. Jika Anda membangun rumah hanya untuk tujuan jangka pendek, buat apa menghamburkan tenaga dan biaya demi mengokohkan landasannya? Jika Anda membangun demi kepentingan jangka panjang, Anda akan membangun di atas batu karang karena Anda mempertimbangkan jangka waktu yang lama. Hal ini sekali lagi menunjukkan perbedaan antara dua macam iman (dan dua macam kasih).
Sebagian orang Kristen hanya mementingkan apa yang ada sekarang, sementara sebagian yang lain memikirkan apa yang ada di masa depan, di masa kekekalan. Anda hanya perlu berbicara sedikit dengan mereka untuk dapat memahami hal apa yang memenuhi pikiran mereka. Jenis yang satu hanya memikirkan usaha, pekerjaan atau pelajarannya. Seluruh pemikirannya berpusat pada hari ini, besok dan esok lusa. Ia tidak memiliki visi, tidak ada masa depan. Persoalan hari ini adalah pokok perhatian utamanya.

Orang Kristen jenis yang satunya lagi memandang jauh ke depan. Pernahkah Anda memperhatikan bahwa orang yang memiliki perencanaan jauh ke depan tidak akan menguatirkan hal-hal yang ada sekarang ini? Akan tetapi bagi orang Kristen yang hanya memikirkan saat ini, segala persoalan kecil dipandang seolah-olah suatu bencana besar bagi mereka karena hanya hari ini dan hari esok yang ada di dalam pikirannya. Apa yang akan terjadi di masa mendatang tidak penting baginya. Orang Kristen 'jangka panjang' adalah mereka yang berkata, "Hari ini dan hari esok, semuanya penting. Namun tidak sepenting masa depan yang sedang saya bangun."

Orang Kristen macam apakah Anda? Orang Kristen yang hidup hanya untuk hari ini? Apakah Anda termasuk jenis orang yang berkata, "Marilah kita makan dan minum sebab besok kita mati. Hari inilah yang benar-benar milik kita. Jadi, nikmatilah itu selagi sempat"? Atau apakah Anda termasuk orang yang memandang jauh ke depan, dan berkata, "Pekerjaan hari ini memang berat, namun hal itu sepadan dengan apa yang sedang saya bangun."

Saya pikir kebanyakan orang Tionghoa adalah orang yang terbiasa berpikir dalam jangka panjang. Saya diberitahu bahwa ada beberapa kelompok masyarakat di dunia ini yang menjalani hidup hanya demi hari ini. Jika mereka memiliki uang, mereka tidak mau bekerja sampai uang milik mereka habis. Lalu mereka akan bekerja lagi, dan selanjutnya bersantai-santai lagi. Menurut kabar, orang-orang semacam ini dapat ditemui di beberapa negara. Namun orang-orang Tionghoa biasanya bersedia untuk bekerja keras saat ini demi meraih masa depan yang lebih baik. Mereka bersedia jin tian chi ku (menghadapi kesukaran saat ini) untuk dapat memperoleh masa depan yang lebih baik. Jika Anda dapat menerapkan hal ini ke dalam pemikiran kerohanian, maka Anda akan memiliki arah hidup yang jelas.

Bangunlah Landasan di atas Batu Karang
Jadi pikirkanlah keindahan dari ajaran Tuhan di sini. Cobalah membangun di atas dasar yang teguh dan Anda akan mengetahui apa arti perkataan-Nya. Anggaplah ada sebuah batu besar yang dapat Anda gunakan sebagai landasan. Bagaimana cara untuk membangun rumah di atasnya? Bagaimana Anda akan meletakkan landasan di sana? Anda perlu berkerja keras, memahat dan menggali ke dalam batu untuk dapat meletakkan landasan bagi rumah Anda. 
Di Lukas 6:48, Yesus berkata bahwa orang yang bijak membangun rumahnya dengan menggali ke dalam batu, bukannya ke dalam lumpur. Akan sangat mudah untuk menggali lumpur. Namun menggali batu - menggali sampai dalam - adalah pekerjaan yang sangat berat. Pikirkan saja berapa lama waktu yang harus ia pakai untuk memahat, sambil berlumuran dengan keringat, sementara di sebelah sana orang yang membangun rumah di atas pasir tidak perlu membuang banyak tenaga untuk menggali. Ia tinggal memasang balok, papan dan memaku di sana sini, dan tidak lama setelah itu, rumahnya sudah jadi! Tetapi orang malang yang membangun di atas batu itu masih bersusah payah mengerjakan fondasinya!

Coba bayangkan: Orang bodoh yang sudah selesai membangun rumahnya duduk-duduk sambil minum kopi di bawah pohon. Yang satu sudah menyelesaikan rumahnya sejak lama, sementara yang satu lagi masih berkutat dengan urusan menggali batu, dengan kemajuan yang sedikit demi sedikit. Akan tetapi Yesus berkata bahwa orang yang bijak ini menggali dalam-dalam. Ia tidak sekadar membuat satu lubang kecil saja di batu itu. Ia menggali sampai sedalam-dalamnya. Dan orang bodoh yang sok pintar itu akan berkata, "Anda benar-benar memboroskan tenaga. Lihat! Aku begitu santai dan nyaman, tapi Anda malah mempersulit hidup Anda sendiri." Pepatah mengatakan bahwa yang tertawa terakhir adalah yang paling berbahagia. Dan orang ini sudah tertawa duluan.

Lalu, berakhirlah musim panas dan musim dingin sudah tiba. Untuk dapat memahami gambaran yang ada di sini, Anda perlu mengetahui pola kehidupan yang dijalani oleh orang-orang di Israel. Selama musim panas, sungai-sungai banyak yang kering. Di musim dingin, hujan turun. Dan tiba-tiba, tempat yang kering itu sudah menjadi sungai lagi. Orang yang sudah tahu kehidupan di Timur Tengah mengenal istilah wadi. Wadi adalah sungai, tetapi Anda tidak akan dapat melihatnya di musim panas. Sungai tersebut hanya terlihat di musim dingin. Dan di musim dingin, sungai-sungai tersebut mendadak penuh dengan air, bahkan sampai membanjir. Sekarang Anda pikirkan, siapa yang akan tertawa?

Ketika badai datang, angin bertiup dan banjir melanda. Orang yang membangun di atas pasir akan hanyut terbawa air sambil berteriak-teriak, "Tolong, tolong!" Saat itu, ia mungkin akan dihempaskan ke batu atau hanyut sampai ke laut. Akan tetapi orang yang membangun di atas batu karang yang teguh tetap selamat; tidak terjadi sesuatu apapun padanya karena ia membangun untuk jangka waktu yang panjang.

Apa yang diwakili oleh Batu Karang ini?
Apa yang diwakili oleh batu karang ini? Dari 1 Korintus 3:10 dan seterusnya, Anda akan mendapati penjelasan Paulus tentang hal ini. Ia menyatakan bahwa batu karang, landasan ini, adalah Kristus. Jika Anda membangun di atas Kristus, Anda akan aman. Jika kehidupan Anda secara kokoh didasarkan pada-Nya, Anda akan selamat.
Apa arti membangun di atas Kristus? Artinya seluruh kehidupan Anda bergantung sepenuhnya kepada Dia, seluruh bangunan Anda bertumpu sepenuhnya pada landasan tersebut, pada batu karang tersebut. Anda menjalani kehidupan yang bergantung sepenuhnya kepada Kristus. Sama seperti rumah yang bertumpu sepenuhnya pada landasan, kehidupan Anda dibangun dengan Kristus sebagai landasannya. 

Tanyalah kepada diri Anda, "Apakah saya menjalani kehidupan yang bergantung sepenuhnya kepada Yesus? Di dalam setiap persoalan, kesukaran yang saya hadapi, apakah saya sepenuhnya mengandalkan Dia?" Jika Anda telah membangun hubungan yang kokoh dengan Tuhan, rumah Anda tidak sekadar berdiri di atas batu, ia tertanam di batu itu. Dengan kata lain ia "berakar di dalam Kristus", meminjam istilah yang dipakai oleh Paulus dalam Kolose 2:7.
Apa artinya menggali sampai dalam ke dalam Kristus? Hal ini berarti arah tujuan hidup Anda - Anda melangkah ke arah Kristus, ke dalam Kristus. Anda tidak puas dengan hubungan yang dangkal dengan-Nya, dan Anda melangkah memasuki hubungan yang lebih mendalam lagi ke dalam kehidupan Kristus. Ini berarti Anda bergerak mendekati Kristus setiap hari. Anda tidak akan dapat membangun rumah tanpa adanya upaya untuk itu. Tanyakanlah diri Anda dengan jujur, "seberapa besar tenaga telah saya curahkan untuk menggali ke dalam Kristus minggu lalu? Berapa banyak waktu yang saya pakai untuk merenungkan firman Yesus? Berapa banyak waktu yang saya pakai untuk duduk merenung dan mendalami FirmanNya? Berapa banyak waktu yang saya pakai untuk bersekutu dan mendekatkan diri dengan-Nya?"

Banyak orang yang dapat menghabiskan berjam-jam bersama kekasih mereka dan itu semua hanya terasa seperti baru lima menit saja. Akan tetapi menghabiskan waktu lima menit bersama Yesus terasa seperti berjam-jam bagi mereka. Bagaimana Anda dapat melangkah lebih jauh ke dalam Kristus, jika Anda tidak tertarik pada Firman-Nya atau jarang sekali mendekat kepada-Nya dalam doa? Anda adalah orang Kristen yang akan tersapu oleh angin dan banjir. Pada waktu kesukaran datang, Anda akan tersapu lenyap.

Ini adalah kasus yang terjadi pada banyak orang Kristen di China. Pada waktu komunis datang, iman mereka hancur. Banjir datang dan mereka tersapu banjir. Namun dalam kehidupan beberapa orang dari mereka, iman mereka malah mengalami pertumbuhan pada waktu itu. Mereka mendadak bermekaran dengan kekuatan yang tidak pernah kita lihat sebelumnya. Seolah-olah banjir tersebut justru menyuburkan akar mereka, dan mereka betumbuh dengan pesat.

Banjir yang menyapu mereka yang tidak taat ternyata juga menyelamatkan mereka yang taat. Air bah pada jaman Nuh yang membanjiri dunia adalah juga air yang mengangkat dan menyelamatkan bahteranya. Air Laut Merah yang terbelah dan memungkinkan orang Israel, umat Allah, melaluinya adalah air yang juga membinasakan bala tentara musuh. Demikian juga banjir yang melanda semua orang Kristen yang memiliki iman yang dangkal adalah juga air yang menguatkan jemaat di China sehingga mereka dapat memperlihatkan kekuatan rohani yang sangat besar.

Karena hal ini menyangkut kesejahteraan abadi Anda, saya minta Anda mempertimbangkan baik-baik pertanyaan ini: Iman macam apa yang Anda miliki? Periksa apakah Anda sedang membangun iman di atas batu karang, yaitu Kristus, atau di atas pasir dunia ini.
Kita berurusan dengan hal-hal yang mempengaruhi kekekalan kita. Saya berdoa supaya pada saat hari itu - saat banjir datang melanda, saat yang tidak terelakkan itu - setiap dari kita akan dapat bertahan dan berdiri teguh. Ada saja orang yang berkata, "Mungkin banjirnya tidak akan datang." Jika seperti ini jalan pikiran Anda, maka cara Anda berpikir tepat sama dengan cara orang bodoh yang membangun di atas pasir itu. Dan pikiran seperti itulah yang mendorong dia untuk membangun di atas pasir. Karena ia pikir bahwa banjir tidak akan datang. 

Percayalah, banjir itu pasti muncul. Pastikanlah bahwa kehidupan Anda dibangun dengan landasan Kristus, bahwa Anda benar-benar percaya sepenuhnya kepada Dia dan menyerahkan diri Anda kepada-Nya, seperti rumah yang bertumpu kepada batu karang.

Dari 1 Korintus 3:10 dan seterusnya, Paulus menjelaskan bahwa sesudah membangun landasan, Anda harus segera membangun rumahnya. Apakah bangunan itu dapat bertahan, bergantung pada material yang Anda gunakan, jadi bukan hanya landasan saja yang harus selamat, bangunan di atasnya pun harus selamat. Dan bangunan macam apa yang akan selamat tergantung pada biaya yang Anda keluarkan untuk itu. Jika Anda membangun dengan bahan yang mahal seperti emas, perak atau batu berharga, maka ia akan bertahan 
 menghadapi segala macam ujian. Jika Anda membangun dengan bahan murahan, seperti yang banyak dilakukan oleh orang Kristen sekarang ini, maka ia tidak akan dapat bertahan. Dan ketika tiba saat penghakiman, Anda tidak akan memperoleh apa-apa.


Akankah Anda menyesal?
Saya harap mereka yang dapat bertahan menghadapi banjir tidak sekadar selamat saja - yaitu, tidak memiliki apa-apa lagi selain tangan yang kosong. Dengan kata lain, saya harap mereka tidak harus menghadap Allah dengan tangan hampa. Beberapa orang Kristen akan tetap diselamatkan, namun mereka akan menyesali kelalaiannya karena tidak membangun untuk masa depan. Pikirkanlah hal itu – apakah Anda ingin selamat dari banjir dan menghadap Yesus dengan tangan hampa. Pikirkanlah hari ketika Anda berdiri di hadapan Tuhan - dan setiap dari kita akan berdiri di hadapan-Nya - lalu Anda datang menghadap dengan tangan hampa. Apa yang akan terjadi?

Prinsip saya adalah, jalanilah hidup dengan tanpa adanya penyesalan. Orang yang rumahnya tersapu banjir akan sangat menyesal. Jalanilah hidup dengan cara sedemikian hingga Anda tidak perlu menyesalinya! Pastikanlah bahwa pada saat Anda berdiri di hadapan Yesus di hari itu, Anda tidak sampai berkata, "Seandainya saya menjalani hidup dengan cara yang berbeda!"

Terdapat orang yang sedang mempertimbangkan apakah untuk melayani Tuhan secara full time atau tidak. Dan jika mereka akhirnya memutuskan untuk tidak melayani Tuhan tapi mencari kehidupan yang lebih baik untuk diri mereka. Pikirkanlah pada hari itu, di saat Anda berdiri di hadapan Tuhan, apakah Anda tidak akan menyesalinya?


Source :
http://www.cahayapengharapan.org/khotbah/matius/texts/dua_macam_dasar.htm

No comments:

Post a Comment