Thursday, September 22, 2011

Tanah Yang Baik




Mat 13:3-9, 13-15

Kenapa kita harus bekerja dan membanting tulang dari pagi sampai malam bahkan dalam masa libur pun kita siap untuk melakukan sesuatu? Karena ada sebuah hasil yang kita harapkan. Dan untuk mencapai hasil itu, maka ada sebuah proses yang harus dilalui. Tidak ada seorang pun yang bekerja tanpa orientasi untuk mendapatkan sesuatu.



Berbicara mengenai kisah penabur, yang menjadi awal daripada kisah perumpamaan mengenai Kerajaan Allah maka inti dari kisah perumpamaan ini adalah berfokus mengenai hasil yang harus dicapai. Setiap penabur atau orang yang pergi menabur tidak hanya menabur untuk mengisi waktu tetapi ia ingin mendapatkan hasil dari apa yang ditabur. Ini jugalah yang diharapkan ketika Allah menebus setiap kita, di mana Allah menginginkan kita seperti dalam gambaran penabur ini. Berbicara mengenai buah, Allah juga menginginkan ada buah-buah yang baik, yang muncul dalam kehidupan kita. Allah tidak sekadar menebus kita untuk kemudian kita boleh hidup sembarangan atau hidup seenak diri kita, tetapi agar kita boleh ada buah-buah yang harus dihasilkan. 


Perumpamaan penabur jelas sekali berbicara mengenai panen. Tanpa panen, penabur tidak akan bekerja. Perumpamaan penabur juga bukan hanya sekadar berbicara mengenai hasil. Kalau kita lihat dalam ayat ke 8 dikatakan : "sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." Sewaktu kita mendengar kisah Kerajaan Allah ini maka Tuhan Yesus mengumpamakan sebagai penabur. Di awal perumpamaan, mereka mengerti ketika dikatakan benih itu jatuh di pinggir jalan bahkan sampai perumpaan itu dilanjutkan kepda benih yang jatuh di tanah yang baik, mereka juga masih bisa mengerti; Tetapi ketika kemudian kalimat selanjutnya yaitu ketika benih itu jatuh di tanah yang baik dan berbuah menghasilkan seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat dan ada yang tiga puluh kali lipat maka mereka kaget. Karena ini bukanlah suatu panen yang pada umumnya. Panen yang normal pada waktu itu maksimum rata-rata adalah sepuluh kali lipat. Kalau bisa sampai tiga puluh atau enam puluh kali lipat maka ini sudah luar biasa. Ini sudah merupakan hasil yang spektakuler bahkan ditargetkan juga bukan hanya tiga puluh, juga bukan enam puluh tetapi seratus kali lipat sehingga ini bukan hanya berbicara mengenai sebuah panen tetapi ini juga berbicara mengenai sebuah mukjizat di dalam panen tersebut. Inilah yang menjadi sebuah keindahan daripada kisah perumpamaan penabur. 


Perumpamaan penabur memang berbicara mengenai hasil tetapi lebih daripada itu perumpamaan ini berbicara mengenai hasil yang adalah sebuah mukjizat daripada Allah sendiri, Allah yang akan berintervensi. Jangan pernah kita berpikir bahwa ketika kita mengambil komitmen untuk menghasilkan buah maka tidak ada Allah yang turut berintervensi, karena kalau kita bisa menghasilkan sedikit demi sedikit buah maka itu adalah sebuah intervensi daripada Allah. Memang ini mukjizat Allah tetapi kita harus mengingat bahwa sepuluh kali lipat adalah normal maka sebenarnya yang Allah harapkan bagi setiap kita adalah kita lebih dari normal di dalam kehidupan Kristiani kita untuk menjadi berkat di tengah-tengah dunia. Allah ingin buah yang kita hasilkan lebih dari normal. Apa maksudnya lebih dari normal? 

Oleh karena itu menarik sekali ada buah-buah yang muncul dalam hidup mereka seperti perubahan-perubahan yang muncul dalam hidup mereka. Kalau kita berkata kita mempunyai Kristus, Allah yang hidup, Allah yang menebus dan menyelamatkan kita secara pribadi maka itu berarti ada sebuah kuasa yang lebih besar, yang lebih daripada normal, yang harus terjadi di dalam diri kita. Kita sebagai orang Kristen tidak boleh pasrah dan berkata kita tidak bisa berbuat apa-apa, kita tidak bisa berubah dan tidak bisa berbuah atau sudah dari sananya kita begini. 


Ingatlah satu hal ketika Tuhan menebus kita maka Tuhan mau kita berbuah berlipat-lipat lebih daripada normal. Jangan pernah menerima kalau dalam hidup kita menjadi Kristen hanya seperti itu-itu saja karena Tuhan inginkan kita lebih dan kuasa Allah itu lebih sehingga kita harus lebih giat lagi di dalam seluruh pekerjaan keselamatan. Kita harus lebih giat lagi memaksa dan mendisiplin diri kita serta membawa diri kita kepada anugerah Allah agar benar-benar buah itu bisa dapat terjadi dalam hidup kita. 

Selain realitas mukjizat maka kadangkala kita harus melihat bahwa ada tanah yang baik. Ada tanah yang baik yang kemudian menghasilkan buah yang banyak. Hal ini mungkin di karenakan ada pupuk yang baik atau ada persiapan-persiapan tertentu yang baik sehingga benar-benar bisa menghasilkan berlipat-lipat. Ketika berbicara mengenai muikjizat panen maka itu bukan berarti kita tidak berbuat apa-apa karena dalam kisah ini dikatakan ada jenis tanah yang di pinggir jalan, tanah berbatu-batu, tanah yang bersemak duri dan ada tanah yang baik. Mukjizat itu terjadi di tanah yang baik. Ada penegasan-penegasan yang Allah inginkan agar kita menjadi tanah yang baik sehingga mukjizat akan terjadi. Pertanyaannya apakah hidup kita telah menjadi hidup dengan tanah yang baik? Allah akan bekerja tetapi apakah kita telah memiliki tanah yang baik. Ini menjadi hal di mana kita harus berbenah diri. Mengapa kita tidak menjadi tanah yang baik?

Selain berbicara mengenai tanah maka dikatakan ada burung yang memakan benih itu dan ada matahari yang menyinarinya benih di tanah berbatu yang tipis, serta ada tanah yang bersemak yang menghimpit benih itu sehingga tidak dapat bertumbuh. Memang dalam kisah ini tanah yang baik tidak diktakan menghadapi masalah seperti tanah yang lain tetapi sebenarnya semua jenis tanah menghadapi masalah yang sama. Ada burung yaitu si iblis yang merongrong setiap kita dan ada sinar matahari yaitu penderitaan yang silih berganti kita hadapi. Ada semak berduri yaitu kekuatiran yang terus menghimpit kita. Tanah yang baik bukan berarti tanah yang steril dari masalah. Tanah yang baik tidak terlepas daripada iblis yang ingin memangsanya, lalu bagaimana membuat tanah itu benar-benar baik sehingga burung tidak bisa memakan benih itu dan matahari menyinari tetapi benih itu tidak kering serta semak tidak bisa menghimpinya? Jawabannya kita bisa memiliki tanah yang baik kalau hidup kita kontras dengan 3 jenis tanah yang lain. 

Jenis tanah pertama dikatakan : "Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis." Tanah di pinggir jalan ini bukan sekadar tanah yang diinjak oleh penabur tetapi juga oleh banyak orang. Karena tanah ini sering dilewati orang maka tanah ini menjadi tanah yang keras sehingga benih yang jatuh tidak mungkin dapat masuk ke dalam tanah. Benih yang jatuh di pinggir jalan itu terlihat seperti normal karena benih itu terjatuh saat penabur ingin pergi menabur. Tetapi Tuhan ingin mengajak kita untuk melihat bahwa sesuatu yang kelihatan normal itu justru menjadi masalahnya. Gambaran apa yang dapat kita lihat di sini yang menjadi gambaran yang kontras dengan tanah yang baik? Ini berbicara dengan tanah yang keras di dalam hidup ini. Tuhan Yesus mengaitkan perumpamaan ini dengan hati yang keras di dalam hidup kita sehingga ketika benih yang adalah firman Tuhan itu diberikan tetapi tidak mau masuk ke dalam hati kita karena hati kita itu sudah terlalu keras. Jadi ini berbicara mengenai hati yang keras, hati yang tidak dapat dimasuki oleh firman Tuhan tersebut. Seperti apakah hati yang keras itu? Kita dapat melihatnya dalam Injil Matius 13:13-15. 

Kalau kita perhatikan bagian dalam Matius 13-13-15 ini, kata mengerti di sini berbicara mengenai sebuah respon terhadap mendengar tersebut. Ketika kita mendengar firman Tuhan dan ada interaksi, berespon dan menanggapi apa yang kita dengar. Oleh karena itu menjadi tanda bahwa kita sedang berinteraksi untuk menjadi tanah yang baik. Adakah hati kita bergejolak ketika kita membaca atau mendengar firman Tuhan? Adakah hati kita bergejolak ketika kita membaca buku-buku rohani atau terhadap kebenaran yang kita ketahui dan ketidakbenaran yang terjadi di dalam hidup ini serta mungkin teguran dari orang-orang di sekeliling kita? Bila tidak ada maka itu menjadi sebuah signal untuk kita harus berhati-hati, karena kita sedang menuju kepada tanah yang keras. Apa yang menyebabkan tanah yang keras itu terjadi? Tanah yang keras hanya terjadi kalau kita menindas, menekan firman Allah yang kita ketahui. Roma 1: 18 dikatakan : "Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman." Inilah penyebab tanah yang keras. Kita menekan kebenaran itu dengan cara bermain-main dengan dosa dan tidak mau membenahi diri. Semakin kita bermain-main dengan dosa, sedikit demi sedikit, entah kita menyadarinya atau tidak, maka kita sedang membuat tanah itu menjadi keras. Berhati-hatilah karena penyebab utama tanah itu menjadi keras karena kita bermain-main dengan dosa.

Allah inginkan buah yang berlebihan. Allah tidak terima kalau kita diselamatkan hanya untuk berbuah standar saja tetapi Allah inginkan hal yang lebih, yang harus kita nyatakan di tengah-tengah dunia ini. Inilah yang ingin dikatakan dalam kisah perumpamaan ini

Tanah yang baik bukan sekedar karena ada pencobaan tetapi tanah yang baik hanya akan terjadi kalau kita membiarkan diri kita mau benar-benar diolah dan dibentuk oleh Tuhan. Benarkah kita mau memberikan diri kepada Tuhan? Kingdom Of God berbicara mengenai Tuhan yang berkuasa tapi benarkah kita sudah membiarkan Tuhan berkuasa atas hidup kita?


Tuhan Yesus memberkati kita semua. 



Source : GKY GV, 7/8/2011

No comments:

Post a Comment