Wednesday, March 30, 2011

Cangkir Yang Penuh



‘Cangkir Yang Penuh’
(by toni_yoyo@yahoo.com)

Cerita berikut diadopsi dan dimodifikasi dari cerita Zen yang sudah banyak beredar.

Suatu ketika, seorang guru besar perguruan tinggi mengunjungi seorang Bijaksana untuk belajar.

Setelah mempersilakan tamunya masuk dan duduk, Bijaksana segera menuangkan teh ke dalam cangkir tamunya sampai penuh dan luber.

Guru besar segera mengingatkan, “Bijaksana, teh telah melimpah ke luar cangkir, janganlah menuang lagi”.

Bijaksana menukas, “Ketahuilah bahwa pikiranmu persis cangkir yang penuh ini tapi oleh teori, pandangan, cara berpikir, dan kebiasaanmu. Jika kamu tidak mau membuka diri dan mengosongkan sedikit pikiranmu, bagaimana saya dapat memberi tambahan ilmu padamu?”.

Dengan contoh yang jelas dan efektif, Bijaksana menyadarkan si guru besar.

 Demikian juga dalam keseharian kita. Masing-masing orang memiliki latar belakang yang berbeda. Pikiran masing-masing sudah penuh dengan pengetahuan dan kebiasaan.

Jangankan saling belajar dan mengisi, pikiran yang sudah penuh ini malah menjadi sumber konflik dalam berinteraksi.

Tanpa ’dikosongkan’ sedikit isi kepala kita dan kemauan untuk membuka diri, akankah kita bisa saling belajar dengan efektif?

No comments:

Post a Comment