Diberikan Allah dengan senang hati.
Meskipun pemberian terindah-Nya itu tak ternilai, dan ditujukan untuk menjawab kebutuhan dan kebahagiaan kita, banyak yang berpikir bahwa pemberian itu tampaknya mustahil untuk menjadi kenyataan.
Disebutkan dalam Alkitab.
Alkitab menyebut tentang suatu pemberian terindah yang penuh misteri dan nilainya jauh melebihi apa pun yang pernah kita terima. Ketika pemberian itu diterima, kita pun memperoleh damai sejahtera, penerimaan, pengampunan, dan pengangkatan sebagai anak dalam keluarga Allah, serta hidup yang kekal. Namun, apakah pemberian Allah yang memenuhi keinginan hati kita itu adalah upah karena kita telah menjalani hidup yang baik? Tidak demikian, menurut Alkitab. Pemberian yang dimaksud adalah keselamatan jiwa dan disebut “karunia Allah” (Roma 6:23; Efesus 2:8-9).
Tak bisa diusahakan sendiri.
Dalam sebagian besar bidang hidup ini, kita bekerja keras untuk memperoleh rasa hormat, kepercayaan, dan kenaikan pangkat. Namun, tidak demikian dengan keselamatan yang diberikan oleh Allah. Keselamatan tidak berasal dari balas jasa, tetapi dari belas kasihan; tidak dengan upaya, tetapi dengan percaya; dan tidak diperoleh dengan usaha sendiri, tetapi dengan menerimanya.
Paulus berkata ``Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9). Dalam suratnya yang lain dalam Perjanjian Baru, Paulus menambahkan, “Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya” (Titus 3:5).
Dibayar lunas oleh Allah.
Jauh sebelum orang-orang majus datang membawa pemberian mereka ke Betlehem, Allah Pencipta telah memberi kita karunia untuk memilih. Dia tahu bahwa kasih yang bermakna harus disertai kerelaan, jadi Dia memberi kita kebebasan untuk menerima atau menolak-Nya.
Namun dari semula, Adam dan Hawa memilih untuk meninggalkanNya. Alih-alih membiarkan manusia hidup dalam pemberontakan, Allah justru menyatakan sebuah rencana penyelamatan dimana pribadi yang tidak bersalah akan mati berkorban demi pihak yang bersalah. Suatu tata cara ibadah yang terperinci dan simbolis di Bait Suci menjadi bayangan dari apa yang kelak dilakukan Allah bagi kita dalam peristiwa utama dari sejarah umat manusia. Pada waktu yang ditentukan-Nya sendiri, dalam peristiwa yang luar biasa dan berdampak kekal, Allah melakukan sesuatu yang hanya dapat dilakukan karena kasih—Dia mengorbankan Anak-Nya untuk menebus kita dari dosa (Yohanes 1:29; Ibrani 10:5-10)
Dibuktikan dengan tindakan.
Fakta sejarah adalah bukti dari penebusan yang telah dilakukanNya. Para nabi di Israel telah menubuatkan seorang Mesias yang akan membebaskan umat-Nya dari dosa mereka (Yesaya 53; Daniel 9:26). Ketika Mesias datang, para penulis Injil memberitahukan kepada kita bahwa Dia menyembuhkan yang sakit, membangkitkan yang mati, dan memberikan harapan kepada yang tertindas. Lalu Dia melakukan yang tidak disangka-sangka oleh siapa pun. Dia tidak memanfaatkan dukungan orang banyak yang memuja-Nya untuk merebut kekuasaan, melainkan dengan diam membisu Dia menanggung hujatan musuh, dan rela mati dihukum oleh para tentara Romawi. Tiga hari kemudian, Dia bangkit dan melangkah keluar dari kubur yang dijaga ketat (Lukas 24:1-7). Para saksi mata dari Kristus yang telah bangkit ini lebih memilih mati di tangan para musuh daripada menyangkali fakta bahwa mereka telah bertemu Dia yang telah hidup kembali.
Dikemas dengan cermat.
Allah mengemas pemberian terindah-Nya sepanjang ribuan tahun lewat setiap nubuat yang digenapi, mukjizat yang disaksikan banyak orang, dan penyelamatan yang mengagumkan. Setelah dinantikan berabad-abad lamanya, Sang Penguasa surga mengunjungi seorang gadis muda Yahudi bernama Maria dan, yang terajaib dari semuanya, hadir di dalam rahimnya. Semasa hidup-Nya, Dia besar di tengah keadaan yang sederhana, dikasihi para pengikut yang biasa-biasa saja, dibenci para pemimpin agama, dan dibunuh secara mengenaskan. Saat sepertinya tiada lagi harapan, Allah mengemas pemberian-Nya itu lewat berita sukacita dari para saksi tentang kebangkitanNya yang tak terduga dari kematian. Sebagai puncaknya, Sang Pencipta menghias anugerah keselamatan dariNya dengan keragaman yang indah, yakni orang-orang dari segala bangsa di dunia yang hati dan hidupnya telah diubahkan oleh kasih-Nya (Wahyu 5:9).
Diberikan Allah karena kasih karunia.
Bagi mereka yang menerima anugerah pemberian Allah, Rasul Paulus menulis, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9). Paulus pernah berusaha menyenangkan hati Allah dengan caranya sendiri (Filipi 3:3-9). Sekarang ia ingin para pembacanya mengetahui apa yang telah diketahuinya sendiri—bahwa hanya karena kasih karunia Allah, para malaikat di surga akan menyambut manusia yang telah memberontak dan hancur oleh dosa untuk masuk ke dalam keluarga dan hadirat Allah yang kekal. Dalam suratnya yang lain, Paulus menggambarkan perbedaan antara Adam, yang menyebarkan dosa dan kematian pada seluruh keturunannya, dan Kristus, yang membawa kasih karunia dan hidup bagi semua yang percaya kepadaNya. Ia menulis, “Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia- Nya, yang dilimpahkanNya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus” (Roma 5:15).
Hanya dapat diterima dengan iman.
Dengan kata-kata yang dipilihnya dengan cermat, Paulus berkata kepada jemaat di Efesus, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman.” Dalam frasa yang mengandung syarat ini, ia mengingatkan kita bahwa Allah datang hanya kepada mereka yang mengundang-Nya. Allah yang menginginkan kita mengalami kebahagiaan dalam keluarga-Nya yang kekal itu sedang mengetuk pintu hati kita dengan lembut dan menunggu kita untuk menyambutNya masuk ke dalam hidup kita (Yohanes 1:12). Demikianlah dikatakan dalam Injil, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16).
Tersedia bagi siapa saja yang mau menerimanya.
Kebanyakan sahabat Yesus adalah para nelayan, bukan cendekiawan. Ada yang pernah menjadi pemungut cukai, yang lain seorang pejuang politik yang menggebugebu, dan ada juga yang pernah dirasuk setan. Yang menyatukan mereka adalah kesediaan untuk menerima pemberian Allah. Merekalah orang-orang yang dirindukan Yesus untuk dibawa kepada Bapa-Nya. Bahkan pada saat-saat terakhir hidup-Nya, ketika Dia tergantung di kayu salib di antara dua penjahat, Yesus memberikan anugerah hidup kekal. Salah satu dari penjahat itu mencemooh-Nya dan berkata, “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” Namun, penjahat yang seorang lagi menegurnya, “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” Lalu ia berkata, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Hanya karena keselamatan adalah kasih karunia, Yesus dapat berkata kepadanya, “Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Lukas 23:39-43)
Membangkitkan ucapan syukur.
Orang yang tidak bersedia meminta tolong sering berbangga diri karena merasa tidak pernah berutang kepada siapa pun. Namun, mereka yang rela mengakui kehausan rohaninya akan menemukan sesuatu yang lebih bermakna daripada merasa mampu berdiri sendiri. Merekalah orangorang yang mengucap syukur karena tahu bahwa mereka berutang nyawa kepada orang lain. Orang yang telah diselamatkan dari mobil atau gedung yang terbakar oleh petugas pemadam kebakaran atau seorang pemberani akan tahu apa artinya menjalani sisa hidup mereka dengan perasaan syukur yang mendalam. Demikian juga orang yang tahu bahwa diri mereka telah diselamatkan oleh kasih karunia Allah dari penghukuman akan mempunyai alasan untuk menjalani sisa hidup mereka dengan ucapan syukur yang berlimpah kepada-Nya (Efesus 2:10). Tiada hal lain yang lebih membahagiakan kita atau membangkitkan kasih dalam hati kita daripada kesadaran yang besar bahwa segala sesuatu yang sungguh kita butuhkan telah dianugerahkan oleh Allah lewat pemberian-Nya yang terindah.Anda tidak sendiri.
Jika masih ragu-ragu untuk membuka hati dan menerima anugerah keselamatan dari Allah. Banyak yang berpikir bahwa pemberian tersebut sungguh mustahil untuk menjadi kenyataan. Banyak juga yang takut bahwa mereka akan terikat dengan utang ucapan syukur dan kasih kepada Allah untuk selama-lamanya. Bagaimanapun, keputusan untuk menerima anugerah keselamatan itu ada di tangan Anda. Yohanes menulis, “Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya” (Yohanes 1:11-12). Bila Anda siap menerima pemberian yang terindah ini, keterbukaan hati Andalah yang dikehendaki Allah. Anda dapat berdoa dengan menggunakan kata-kata Anda sendiri, atau mengungkapkan doa sebagai berikut: “Allah di surga, aku tahu aku telah berdosa terhadap-Mu. Aku percaya Kristus adalah Anak-Mu dan Juruselamatku. Aku percaya Dia telah mati untuk membayar hukuman atas dosa-dosaku dan bangkit dari kematian untuk membuktikan apa yang dijanjikan-Nya. Sekarang, aku mau mempercayai-Nya, dan menerima pengampunan, hidup baru, dan hidup kekal di surga yang selama ini kurindukan. Dalam nama Yesus, aku bersyukur kepada-Mu. Amin.”
The 40 days,
Aug 29 2020 - Oct 8 2020
Source :
https://santapanrohani.org/resources/pemberian-terindah/
No comments:
Post a Comment