Ada sebuah kisah tentang sebatang lilin kecil yang dibawa oleh seorang pria menaiki tangga yang cukup tinggi, menuju ke sebuah menara mercusuar. Dalam perjalan mereka terjadilah dialog antara si lilin kecil dengan petugas mercusuar itu.
Si lilin kecil itu bertanya ,”Kita hendak kemana?”. “Kita akan naik lebih tinggi dan memberi petunjuk kepada kapal-kapal besar yang berada di tengah lautan luas, supaya mereka tidak tersesat dan salah arah.”jawab petugas mercusuar itu. “Apaaaa…..apa tidak salah???. Mana mungkin aku yang kecil ini bisa memberi petunjuk kepada kapal-kapal besar. Apalagi dengan cahayaku yang hanyak kerlap-kerlip ini pasti tidak dapat mereka lihat dari kejauhan,’ sahut si lilin kecil. “Itu bukan urusanmu wahai lilin kecil. Jika nyalamu memang kecil biarlah. Yang terpenting harus engkau lakukan adalah bagaimana caranya agar engkau tetap menyala, dan urusan selanjutnya adalah menjadi tugas dan tanggung jawabku,” jawab petugas mercusuar.
Dan ketika sampai di menara mercusuar, petugas mercusuar itu meletakkan lilin kecil yang dibawanya serta memasang sebuah alat berupa cermin reflector, yang berfungsi untuk memantulkan cahaya lilin sehingga bisa terlihat sampai di kejauhan.
Pada akhirnya si lilin kecil tersebut dapat memahami akan tugasnya,”yaaaa…tugasku hanyalah menjaga agar aku tetap menyala….dan menyala sampai habis…ternyata di tangan petugas mercusuar itu meskipun berupa sebatang lilin kecil ternyata aku dapat bermanfaat bagi orang lain….”
Hidup kita bagaikan sebatang lilin kecil. Tanpa Tuhan, hidup kita tidak akan berarti. Namun, bila kita rela digenggam dan dipakai oleh Tuhan, maka hidup kita akan sangat berarti dan berguna bagi sesama. Semua kemampuan dan keahlian kita hanya akan tetap seperti nyala lilin kecil jika kita tidak menaruh hidup kita dalam tangan Allah.
Hanya Allah yang sanggup menjadikan yang kecil menjadi besar, asalkan kita mau dipakai menjadi alatNya.
Source : e-mail
No comments:
Post a Comment