Friday, May 11, 2012

Kesetiaan Kunci Kemenangan Orang Beriman

Kemenangan orang beriman tidak dapat dilepaskan dari kesetiaan terhadap komit-mennya akan Allah. Kesetiaan ini bukan sesuatu yang ”given”, atau datang dengan sendirinya, tetapi harus diupayakan dan ditumbuhkembangkan. Sebab orang yang setia tidak dilahirkan tetapi dibentuk. Ada upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk menjadi seorang yang taat sehingga kelak menjadi pemenang iman. 

Pertama, kesetiaan harus dimulai dari perkara-perkara kecil. 
Untuk berjalan seribu langkah, kita harus memulai dengan satu langkah. Untuk menjadi seorang mahasiswa, kita harus mulai dari Sekolah Dasar. Begitu juga dalam hal kesetiaan. Tuhan Yesus sendiri pernah berkata, "Barang siapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar." (Lukas 16:10).
Sulit mengharapkan seseorang dapat tetap teguh dan setia menghadapi berbagai kesulitan hebat, kalau janji saja seringkali tidak ditepati. Sulit mengharapkan seseorang bisa dengan gagah berani bertahan menghadapi tantangan dan ancaman demi imannya kalau, misalnya, ke gereja saja jarang dan malas-malasan, baca Alkitab atau berdoa saja sesekali kalau lagi mau.

Kedua, kesetiaan harus diperjuangkan. 
Ada harga yang harus dibayar. Untuk setia ke gereja, membaca Alkitab, berdoa dan melakukan tanggung jawab lain sebagai orang beriman, kerap kita harus berjuang melawan kemalasan, keengganan, rasa lelah. Bahkan kita juga harus berjuang menghadapi banyak rintangan yang datang dari luar diri kita, mungkin cuaca yang buruk, acara bagus di TV, atau berupa sikap tidak simpatik dari orang lain.
Tetapi memang justru di situlah letaknya arti mengikut Kristus, seperti yang dikatakan-Nya, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salib dan mengikut Aku.” (Markus 8:34). Menyangkal diri berarti menahan diri dari segala keinginan yang secara lahiriah enak dan menyenangkan. Memikul salib tidak hanya berarti dalam perkara besar, tetapi juga dalam keseharian, yaitu ketika kita mau melakukan sesuatu yang tidak kita senangi tetapi toh harus dilakukan sebagai bagian tanggung jawab hidup beriman kita.

Ketiga, kesetiaan kerap juga mengandung risiko; 
Mungkin berupa cemoohan dan ejekan, mungkin jadi sulit naik pangkat, mungkin juga pengucilan. Tetapi tidak usah kecil hati, Tuhan tidak akan mengecewakan orang-orang yang setia kepada-Nya. Pemazmur menulis, "Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepadaNya. Apabila ia jatuh, tak sampai tergeletak. Sebab Tuhan menopang tangannya." (Mazmur 37:23).
Orang yang hidupnya berkenan kepada Tuhan bukan berarti tidak bisa jatuh atau mengalami kesulitan. Bisa saja. Selama hidup di dunia siapa pun tidak lepas dari jatuh bangun. Tetapi sejatuh-jatuhnya orang yang hidupnya berkenan kepada Tuhan, mereka tidak akan sampai tergeletak sebab Tuhan menopang mereka. Oleh karena itu bagi orang
yang setia kepada Tuhan akan selalu tersedia mahkota kemenangan.

Source :
 http://gpbb.org/main/index.php?option=com_content&view=article&id=204:kesetiaan-kunci-kemenangan-orang-beriman&catid=15:renungan-minggu-ini&Itemid=58

Thursday, May 10, 2012

Menanamkan Kesetiaan


 Menanamkan kesetiaan

a. Kesetiaan berdasarkan dengan ketaatan
Saat kita berkomitmen untuk mentaati Firman Tuhan, kita akan belajar untuk hidup setia. Disaat banyak orang memilih untuk meninggalkan kebenaran Firman, kita tetap setia karena kita mentaati perintah Tuhan. Aku telah memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum-hukumMu dihadapanku (Mzm 119:30)


b. Kesetiaan berdasarkan dengan takut akan Tuhan
Saat kita takut (rasa cinta, kekaguman dan hormat) kepada Tuhan, kita tidak perlu takut pada hal-hal lainnya. Dalam 2 Taw 19:9, Yosafat memberikan perintah yang sangat baik kepada bangsa Lewi – Ia memerintahkan mereka: “Kamu harus bertindak dengan takut akan Tuhan, dengan setia dan tulus hati.”

Dengan takut akan Tuhan, kita akan melayaninya dengan sepenuh hati. Memberikan yang terbaik dan mempersiapkan pelayanan dengan baik. Ini akan terlihat berbeda dibandingkan apabila kita melayani dengan sikap yang “seenaknya saja” saat kita tidak menghormati Raja diatas segala Raja.
Dengan sikap yang sama, kita harus setia kepada pasangan kita, kepada siapa kita akan mengikat perjanjian dihadapan Tuhan, dengan takut akan Tuhan.


c. Kesetiaan berdasarkan dengan kedatangan Tuhan untuk kedua kalinya
Hamba yang setia akan tetap setia dan berjaga-jaga menantikan Tuannya. Orang Kristen yang menanti-nantikan kedatangan Tuhan akan setia menjalankan panggilan dan tugas-tugasnya. Mereka akan berkerja keras di ladangnya, mengembangkan talenta mereka dan siap untuk melayani Tuhannya saat Dia datang kembali.

Dalam Matius 24:44-51, Tuhan menceritakan tentang dua tipe hamba. Tentu setiap dari kita mau menjadi hamba yang setia dan bijaksana. Hamba yang dipercaya Tuannya. Hamba yang seperti ini harus tetap setia mengerjakan semua tugasnya agar saat Tuannya kembali, mereka akan didapati telah melakukan pekerjaannya dengan baik.
Tuhan melanjutkan dengan perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:14 dan selanjutnya. Hamba yang setia mengerjakan talenta yang sudah diberikan dan melipat gandakannya sampai kedatangan Tuannya. Dengan cara yang sama, kitapun harus menggunakan talenta, pemberian dan kasih karunia yang sudah Tuhan berikan selama hidup ini.

Marilah kita tetap setia terhadap panggilanNya dalam hidup kita sampai akhir masa.


Source :
http://www.bcs.org.sg/resources/coolmtrls/1007Wk1_Buah%20Roh_Kesetiaan.pdf

Sunday, May 6, 2012

Beautiful Saviour - Stuart Townend



All my days I will sing this song of gladness
Give my praise to the Fountain of delights
For in my helplessness You heard my cry
And waves of mercy poured down on my life

I will trust in the cross of my Redeemer
I will sing of the blood that never fails
Of sins forgiven of conscience cleansed
Of death defeated and life without end

Beautiful Saviour Wonderful Counsellor
Clothed in majesty Lord of history
You're the Risen One heaven's Champion
And You reign You reign over all

I long to be where the praise is never-ending
Yearn to dwell where the glory never fades
Where countless worshippers will share one song
And cries of "worthy" will honour the Lamb

Wednesday, May 2, 2012

Kelemahlembutan


– Diambil dari bacaan AIR HIDUP RENUNGAN HARIAN, EDISI 15 Agustus 2008 -

Baca: Kolose 3:5-17
  
“Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.” Kolose 3:12
Kelemahlembutan adalah salah satu buah Roh (baca: Galatia 5:22-23). Lemah lembut bukanlah orang yang lemah atau dalam bahasa jawab disebut ‘klemak-klemek’ (lamban), kalah dan berarti negatif, tetapi adalah karakter seseorang yang dapat mengontrol diri. Jadi, orang yang lemah lembut adalah orang yang sesungguhnya memiliki kekuatan atau kelebihan, namun dapat menguasi diri dan mengontrol kekuatannya; tidak menyalahgunakan kekuatan dan kuasa yang dimilikiyya namun dapat memakai kekuatan itu dengan benar dan bijaksana.

Dalam Perjanjian Baru, kelemahlembutan memiliki tiga arti:  
1. Tunduk kepada kehendak Tuhan.
Seperti Daud yang selalu berusaha agar hidupnya berkena kepada Tuhan. “Ajarlah aku melakukan kehendak-Mu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya roh-Mu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata!” (Mazmur 143:10);

2. Mudah untuk dibentuk dan diajar.
Orang yang lemah lembut tidak mudah tersinggung dan dengan senang hati menerima teguran. “…terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.” (Yakobus 1:21).  

3. Mau mempertimbangkan dan menghargai pendapat orang lain.
Dalam setiap tindakan, segala sesuatunya dipikirkan matang dan penuh pertimbangan, termasuk hal ucapan. Alkitab menulis: “Lidah lembut adalah pohon kehidupan,” (Amsal 15:4a).

Untuk menjadi lemah lembut tidak mudah, karena orang cenderung egois dan emosional. Mari belajar dari Musa. Meskipun bangsa Israel terus bersungut-sungut dan berontak kepada Tuhan, Musa dengan sabar dan penuh kelembutan memimpin dan membimbing mereka di pada gurun. Alkitab menulis, “…Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.” (Bilangan 12:3)

“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi,” Matius 5:5


Source:
 http://saatteduh.wordpress.com/2008/08/15/kelemahlembutan/