Saturday, January 28, 2012

For Love or Lust

By. Jose Carol

This is a secret to building deeper relationship... Dan bicara soal membangun hubungan, tentunya bukan hanya hubungan antara pria dan wanita yang akan bersatu dalam pernikahan saja dan bukan soal berpacaran saja, tapi juga tentang bisnis, relasi persahabatan, hubungan dengan orang tua, hubungan antara pemimpin dan bawahan. Intinya, selama kita berhubungan dengan orang lain, kita perlu tahu bagaimana cara untuk membina dan membangun hubungan tersebut, supaya kita bisa menikmati kebahagiaan dan segala yang baik, yang disediakan oleh Tuhan di dalam atau melalui hubungan-hubungan yang kita bangun.

"Kekuatan dan kekokohan suatu bangunan sangat ditentukan oleh dasar di mana bangunan tersebut dibangun di atasnya"

Pertanyaannya adalah, di atas dasar apakah hubungan-hubungan dalam kehidupan kita dibangun? Berdasarkan apa? Apakah itu dibangun di atas dasar kasih (love) atau di atas nafsu (lust/keinginan daging)?

Ini bukan hanya berlaku dalam marital relationship atau pre-marital relationship, tapi juga dalam bussiness relationship, family relationship, friendship, semua relasi atau hubungan yang kita bangun. "Hey, tapi apakah bisnis ada hubungannya dengan kasih? Saya tidak mencintai partner bisnis saya..." Let's see the definition of love.

Love is a decission made based on the desire to benefit others. Kasih adalah keputusan yang kita ambil berdasarkan keinginan kita untuk menguntungkan orang lain. Kasih adalah keputusan, bukan perasaan yang kita rasakan waktu berkorban. Kasih adalah keputusan yang diambil oleh seseorang, yang didasari oleh keinginannya untuk menguntungkan pihak lain, bahkan kalau perlu, mengorbankan dirinya. Sebaliknya, Lust atau nafsu adalah keputusan yang diambil berdasarkan keinginan untuk menguntungkan diri sendiri, bahkan kalau perlu, merugikan seluruh dunia, "korbankan semua asal jangan saya".

Kalau kita menjalin hubungan bisnis dengan seseorang yang punya kasih, dia punya keputusan dalam bisnisnya dengan kita yang didasari oleh keinginannya untuk menguntungkan kita, apakah bisa kita bayangkan bagaimana jadinya jika kita juga merespon dengan hal yang sama? Betapa langgengnya hubungan bisnis yang terjalin itu!

Nah, apakah yang mendasari hubungan-hubungan kita? Dan apakah orang yang menjalin hubungan dengan kita itu didasari oleh kasih atau nafsu? We shall think about it. Ada peribahasa yang berkata seperti ini "The omelette is only as good as the eggs in it." Omelet hanya sebagus kualitas telur yang ada di dalamnya. Kalau telurnya busuk, mau dikasih merica, sambel, bawang putih, bawang merah sebanyak apapun juga, kualitasnya ga bisa bagus.

"Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara, dan dari duri-duri orang tidak memetik anggur. Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik. Orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat, karena yang diucapkan mulutnya meluap dari hatinya." (Luk 6:43-45)

Kalau hati seseorang jahat, keluarnya pasti jahat. Kalau telurnya busuk, walau kita kasih bumbu apapun, pasti tidak akan bisa jadi omelet yang bagus. Ada banyak jenis telur di dunia ini. Dan pertanyaannya, darimana saya tahu kalau telurnya bagus? Dari luar keliatan ada yang bintik-bintik, warnanya beda, bentuknya beda, ada telur negeri, ada telur kampung, kualitasnya beda, ada yang dibeli di pasar, di Hero, ada yang mengandung bebas salmonela, omega 3, plus vitamin, DHA, dst. Darimana kita bisa tau kalau telur ini ga busuk? Kita bisa aja liat labelnya. Tapi masalahnya di supermaket saya seringkali diajari, kalau mau telur bagus, sentrongin ke bohlam, kalau bening, bagus. Iya kalau bisa disentrong ke bohlam... kalau dibungkus di kotak gimana? Kita cuma bisa baca merk-nya aja. Kita ga bisa tau pasti.

Penampilan itu bisa mengelabui. Ini berbahaya kalau misalnya kita mau pacaran. Kita ngeliat cakepnya, proporsi bodinya, dll. Masalahnya, mau didandani seperti apapun juga, kalau tadinya dia "busuk", tetap "busuk". Alkitab berkata, baik buruknya orang ditentukan dari hatinya, bukan dompetnya, bukan rumahnya, bukan mobilnya. Mau naik ferrari, mau punya banyak kartu kredit yang ga ada batasnya pun, it doesn't change the inside. Bagaimana dia bisa membangun hubungan dengan kita, tergantung apa yang ada di dalam dirinya. Nah, kalau kita membangun hubungan (apapun), bahaya kalau kita lihat penampilan luar saja. This is our life, this is your life, hati-hati dengan siapa kita menjalin hubungan, entah itu bisnis, pacaran.. dengan siapa kita bergaul, dengan siapa kita mau menikah...

Bagaimana kita bisa tahu bahwa seseorang itu akan membina hubungan dengan kita berdasarkan kasih dan tidak akan merugikan kita? Kriteria apa yang kita bisa pakai untuk menguji bahwa orang-orang itu akan menguntungkan kita, dan kita akan menguntungkan mereka, dan kita akan saling menguntungkan, completing each other, dalam pernikahan, dalam bisnis, dalam persahabatan, agar kedua belah pihak akan menikmati kebaikan?

1. Harus Ada Kejujuran

Suatu hubungan yang baik membutuhkan kejujuran. Salah satu perintah yang Tuhan ucapkan dari 10 perintah yang Dia berikan kepada Musa, yaitu jangan kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta terhadap sesamamu (Im 19:11). Tuhan memperingatkan kita tentang kerusakan dan rasa sakit yang dapat ditimbulkan akibat kebohongan dan ketidakjujuran dalam relationship. Masalahnya banyak orang menghabiskan tenaganya untuk menyembunyikan kebenaran, sehingga akibatnya mereka kehabisan tenaga untuk menyatakan kebenaran, karena tenaganya habis untuk menutupi kebohongannya.

"Honesty and intimacy always go together" (Amsal 24:26 - NIV - "An honest answer is like a kiss on the lips" - jawaban yang jujur adalah seperti memberikan ciuman di bibir)

Kalau kita ingin dekat dengan seseorang (bisa rekan bisnis, teman, pasangan, dll), keakraban tidak bisa terbangun tanpa kejujuran. Kalau kita berkata jujur kepada seseorang, kita seperti memberikan ciuman di bibir orang itu. Bukan ciuman di kening, dan mencium di bibir itu bicara tentang keintiman. Dengan kata lain, tanpa berbicara atau tanpa jawaban yang jujur, kita tidak akan pernah bisa intim dengan orang tersebut. Dalam hubungan suami istri, banyak suami yang menghabiskan waktu untuk menutupi kebenaran ("Gila, kalo gue kasih tau bisa bubar..."), masalahnya kalau dia tidak jujur, dia tidak akan bisa intim dengan istrinya. Telling the truth and telling the whole truth itu beda. Banyak orang telling the truth tapi tidak telling the whole truth. Alkitab mengatakan agar kita telling the whole truth.

Konsekuensi dari telling the whole truth, mungkin pertengkaran akan pecah di depan, tapi kepercayaan itu tidak hilang. Contohnya, kita punya supir, suatu kali supir kita menabrak mobil lain, tapi dia tidak mengakui itu, dia bilang bahwa dialah yang ditabrak. Padahal dari melihat bekas kerusakan di mobil, kita tahu kalau mobil kitalah yang menabrak mobil lain, tapi tidak ada bukti. Mungkin tidak ada keributan dan kita tidak memecat dia, tapi kita tidak mempercayai dia lagi. Apakah itu lebih baik? Atau ini, dia datang dan berkata kalau dia yang menabrak. Bakal ribut? Tentu aja... atau kalau misalnya kita yang jadi supir, mungkin kita bahkan harus mencicil untuk mengganti kerusakan dalam waktu yang lama, tapi... kita tidak kehilangan kepercayaan.

You can't get close to anybody without honesty. Kita bisa aja make up, dress up, apapun yang kita lakukan, kita bisa membuat orang lain terkesan dan kagum. Tapi rasa kagum itu tidak akan bertahan lama. Hanya kejujuran yang membuat kita bisa dekat dengan seseorang. Be honest, be yourself. Yang konyolnya adalah... how can we be that stupid, percaya bahwa seseorang itu mencintai kita padahal dia tidak memberitahukan kebenaran pada kita? Saya sudah bertemu dengan banyak orang yang terlalu gampang percaya, "Dia sangat menyayangi saya, dia cinta banget sama saya... Ya dia cuman bohong sekali dua kali sih, cuman bohong hal-hal yang kecil, tapi dia sangat mencintai saya..." Nah masalahnya sebodoh apakah kita, percaya bahwa seseorang bisa sekaligus berbohong dan mencintai? Karena mencintai adalah keinginan untuk membuat orang lain untung atau diuntungkan, tanpa merugikan orang lain itu. Banyak wanita yang lebih mudah dibohongi, mereka berpikir bahwa mereka dibohongi demi kebaikan. Saya ga menghakimi, ini hanya dari pengalaman saja. I hope we are smarter today. Mau buktikan cinta? Beritahukan kebenaran. Prove it.

Pertanyaannya adalah "Is he or she, telling you the truth?" or "Are you telling the truth?" Atau selama ini kita menyembunyikan kebenaran dan menghabiskan tenaga untuk menutupi kebenaran? "Ya... habis daripada ribut... Someday, someday, suatu hari nanti deh gue kasih tahu, kalo waktunya tepat, nanti gue cerita." Saya kira today is the best day to tell the truth. Kalo selama ini kita tidak mengatakan kebenaran pada atasan kita, bawahan kita, istri atau suami, pasangan, orang tua kita, hari ini adalah saat yang tepat untuk memulai sesuatu yang benar. Ada konsekuensi? Ada, tapi kita tidak akan kehilangan kepercayaan. Dunia mungkin bilang tindakan itu bodoh, "Goblok.. ngapain lo kasih tau, diem aja..." Tapi itu namanya tulus, and it's based on the truth.

Untuk membangun kedekatan dan pengertian satu dengan yang lain, ada beberapa hal yang perlu kita lakukan agar kita bisa membangun dasar dan hubungan yang dalam. Mazmur 139 - "Untuk pemimpin biduan, mazmur Daud; Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku, Engkau mengetahui kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh, Engkau memeriksa aku kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kau maklumi, sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya semuanya telah Kau ketahui ya Tuhan."

Agar bisa dekat dengan seseorang, selain jujur, ayat ini memberikan tips lain. Kedekatan dengan seseorang itu tidak berbicara tentang lokasi geografik. Berapa banyak suami istri secara geografis sangat dekat, dalam satu rumah, satu ranjang, namun mereka berjauhan satu dengan lainnya. Berapa banyak istri yang merasa sangat jauh dengan suaminya? Karena kita hanya akan merasa dekat dan akrab dengan seseorang kalau kita sadar bahwa orang itu mengerti pikiran kita dan mengerti perasaan kita. Kalau kita mau dekat dengan seseorang, share our thoughts, tukar pikiran dengan orang itu. Karena kedekatan tidak dibangun secara fisik, bukan hanya sering berkumpul secara fisik saja. Tanpa adanya tukar pikiran, kita tidak akan pernah bisa dekat satu sama lain. Yang suami istri, tanpa adanya saling bicara dan tukar pikiran, kita akan semakin jauh satu sama lain. Yang pacaran, bagaimana kita bisa kenal isi dari seseorang dengan hanya melihat luarnya saja? Kita hanya bisa lihat hatinya kalau kita tahu pikirannya, pandangan-pandangannya, rencananya, dll. Kemudian tinggal kita buktikan apakah orang itu jujur. Kalau pikiran dan mulutnya jujur seperti yang dia ucapkan, beri dia credit yang bernama kepercayaan.

2. Integritas

Mat 5:37 - Kalau ada seseorang yang berkata "ya" maksudnya "tidak", kita sudah tahu artinya apa. Apa yang dia ucapkan tidak sama dengan apa yang dia lakukan. Alkitab berkata kalau "ya" itu "ya", kalau "tidak" itu "tidak", di luar itu busuk. Coba kasih dia kesempatan yang kecil untuk membuktikan apakah dia bisa dipercaya atau tidak, baru kemudian bisa diberi kepercayaan yang lebih besar.

Pernikahan itu adalah one way ticket. Semua yang kita investasikan di sana tidak bisa ditarik kembali. Kita menginvestasikan seluruh hidup kita, bukan fifty-fifty. Oleh sebab itu, think of it seriously. Kalau kita saat ini sedang berada dalam satu hubungan dimana kita mulai melihat adanya indikasi-indikasi yang tidak baik, kita harus memikirkan hal ini dengan serius sebelum kita mengambil keputusan untuk melanjutkan atau mengambi keputusan yang lebih besar dalam relationship itu. Seseorang yang tidak punya integritas pasti tidak bertanggung jawab, dan dia tidak akan bisa dipercaya. Because without integrity, there won't be responsibility.

A man will fake intimacy in order to get sex, seorang pria akan berpura-pura intim untuk mendapatkan seks. Dan sebaliknya, a woman will fake sex to get intimate. Intimacy = in to me see = if you can't see into me, we won't be intimate. Kalau kita tidak bisa dilihat sampai ke dalam, kita tidak bisa dekat dengan seseorang. Dalam pernikahan, a man will fake intimacy in order to get sex, while a woman will fake sex to get intimacy (sebenarnya nggak pengen atau terpaksa, tapi demi supaya disayang-sayang akhirnya dilakukan juga, karena suaminya hanya bersikap intim kalau mau berhubungan seks saja). Tanpa adanya integritas (kalau "ya" "ya" dan kalau "tidak" "tidak"), bisa dibayangkan betapa parahnya suatu relationship itu karena di dalamnya penuh kebohongan.

Bicara soal integrity juga bicara tentang tanggung jawab. Pre marital sex adalah tindakan yang tidak bertanggungjawab, karena engkau mengambil sesuatu yang belum boleh engkau ambil. That's why engkau kehilangan kepercayaan pasanganmu, walaupun itu dilakukan atas dasar suka sama suka, karena engkau mengambil untuk keuntungan diri sendiri. This is not based on love, but lust. Ini bukan untuk menghalangi kita dari menikmati kebaikan, bukan pula sok being religious karena itu dosa, semua juga tahu kalau itu dosa. Tapi faktanya, alkitab berkata kalau engkau melakukan tindakan yang tidak bertanggungjawab, engkau akan kehilangan respect dan kehilangan kepercayaan. Kalau engkau, sebagai pria, pernah menyentuh pasanganmu sebelum waktunya, engkau akan kehilangan respek dari pasanganmu, makanya tidak heran kalau dalam pernikahan engkau tidak dihormati. Dan kalau istri tidak lagi dikasihi sebagaimana seharusnya seperti dirinya sendiri oleh suaminya, itu juga akibat dari pre marital sex, dia kehilangan respect dari suaminya.

Masturbasi: "Oh saya nggak membayangkan yang kotor, saya membayangkan istri saya..." atau apapun alasannya. Kenapa saya katakan bahwa masturbasi adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab? Saya baca dari hasil survei, begitu banyak persentase pria yang mengalami ejakulasi dini di dalam ranjang pernikahan, atau masalah seksual dalam pernikahan. Waktu saya selidiki, Roh Kudus berbicara dalam hati saya (saya tidak bisa buktikan secara scientific atau physical, bahwa masturbasi yang dilakukan oleh seorang anak muda kalau nanti dia menikah, akan mengakibatkan dia mengalami ejakulasi dini, tapi ijinkan saya share pikiran saya dengan saudara, kita tinggalkan argumentasi teologis dahulu...).

Kalau anda melakukan masturbasi, dengan siapapun imajinasi anda, anda sedang mengatur pace atau kecepatan anda mencapai tingkat kepuasan tertentu berdasarkan kepentingan dirimu sendiri. Sedangkan di dalam setiap hubungan, the basic fondation for success is to give. Berkorban, sacrifice is a big word, bahkan dalam hubungan seksual pun. Dalam hubungan seksual suami istripun, kalau anda mau masuk dengan niat ingin mengambil, then you won't enjoy happiness in your sexual relationship.

Kalau anda juga masuk dalam suatu hubungan bisnis dengan tujuan hanya untuk mengambil keuntungan sendiri, maka hubunga itu tidak akan berhasil. Ini berlaku termasuk juga dalam hubungan seksual. Kalau dalam hubunga seksual tujuannya hanya mau mengambil, you will never be happy. Orang yang terbiasa menyenangkan dirinya sendiri dan memuaskan dirinya sendiri dengan masturbasi, akan kelabakan menguasai dirinya sendiri dalam hubungan pernikahan. Sex is not about release, it's about sacrifice, to give. Dalam semua hubungan, kalau motivasinya bukan memberi, maka hubungan itu tidak akan berhasil. Kita tentu saja tidak mau berhubungan dengan seseorang yang hanya ingin mengambil dari kita. Ini benar-benar tersimpulkan dalam firmanNya "kasihilah orang lain sama seperti engkau mengasihi dirimu sendiri", kalau kita tidak mau diperlakukan seperti itu, ya jangan melakukan itu terhadap orang lain. Are you smart enough?

Jangan pernah percaya dia mengasihimu padahal dia maunya mengambil terus. Ada mitos yang terakhir... Banyak orang yang berkata, "Tapi bagaimana kalau dia adalah satu-satunya? Alkitab kan berkata waktu Adam tidur, cuma satu tulang rusuk yang diambil, hanya satu... Jangan-jangan dia orangnya, satu-satunya yang sudah Tuhan tetapkan..." Di dalam amsal dikatakan "Dia yang menemukan istri, menemukan kebahagiaan,", andalah yang menemukan. Tuhan tidak pernah berkata, "He/She is the one", saya tidak menentang kalau ada yang dapat mimpi atau nubuatan, tapi tidak ada ayat yang berkata "he/she is the one" apalagi the only one. Tuhan cuma kasih tau kita what kind of person we should marry (kualitas orang seperti apa yang kta harus nikahi), dan Tuhan juga memberitahu kualitas orang seperti apa yang jangan kita nikahi. Tuhan memberi guidelines, bukan berkata "he/she is the one".

Kalau anda adalah orang yang berada di posisi yang selama ini tidak memberitahukan kebenaran, menutupi kebenaran, tidak menjunjung tinggi kejujuran, tidak berkata "ya" diatas "ya" dan "tidak" diatas "tidak", hari ini, betulkan hubungan anda. Kalau anda mau hubunganmu work out seperti yang Tuhan inginkan dan sediakan buat anda, lakukan apa yang Firman Tuhan ajarkan pada anda. Kalau anda lakukan itu, maka anda membuka pintu pada kebahagiaan dan pada semua hal yang sudah Tuhan sediakan untuk anda. Just do it...


Source:
http://www.jawaban.com/index.php/forum/detail_view/id_news/070629083822

Sunday, January 22, 2012

10 Anugrah Allah, Roma 8:1-17


1. Dimerdekakan Dari Tuntutan Hukum.
Pekerjaan si iblis adalah mendakwa orang berdosa. Iblis berusaha mengingatkan manusia akan masa lalu mereka untuk menjatuhkan manusia dalam dosa. Setiap orang pernah berbuat kesalahan dan alkitab berkata, sejak dalam kandungan ibu, kita sudah berdosa. Tetapi ada kabar yang sangat baik, bahwa sesungguhnya surat hutang dan tuntutan hukum atas kita telah di pakukan di atas kayu salib dan dibatalkan oleh karya Tuhan Yesus Kristus. Sebab di atas kayu salib, ada pergantian nasib yang mengubah hidup kita jauh lebih berharga, yaitu oleh karya Tuhan Yesus. Yesus yang tidak mengenal dosa, dijadikan berdosa karena kita, Yesus yang adalah Hakim, dijadikan terdakwa karena kita. Supaya oleh karya-Nya kita bebas dari penghukuman yang kekal.

2. Dimerdekakan Dari Dosa/ Hukum Dosa & Maut
Pada waktu manusia di taman Eden, mereka memiliki hubungan intim dengan Tuhan sehingga mereka mampu untuk mengalahkan dosa. Tetapi waktu manusia di usir keluar dari taman Eden (keluar dari anugerah Tuhan) karena dosa, maka yang terjadi adalah mereka kehilangan kemuliaan Allah, hidup di bawah kutuk penghukuman dan tidak memiliki kuasa untuk mengalahkan dosa. Sejak saat itu, dosa menjadi raja dan berkuasa atas manusia.
Tapi ada kabar baik bagi kita, sebab oleh Roh Tuhan yang ada di dalam kita, yang melalui karya penebusan-Nya, telah memberikan kepada kita hidup dan kemerdekaan atas hukum dosa dan maut.

3. Diubahkan Mentalitasmu.
Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.

Ada 3 roh yang iblis pakai sebagai senjata untuk menyerang manusia, Yaitu:

- Spirit of fear (roh ketakutan)
- Spirit of confusion (roh kebingungan, kekacauan)
- Spirit of poverty (roh kemiskinan)

Tetapi Tuhan telah mematahkan semua kutuk yang membelenggu manusia. Karena Dia tidak pernah memberikan kita roh ketakutan, roh kebingungan dan roh kemiskinan, melainkan hati yang melimpah dengan anugerah dan kemurahan. Dan di dalam Tuhan, mentalitas kita diubah dari penakut menjadi pemberani, dari najis menjadi kudus, dan dari mental pecundang menjadi mental pemenang.


4. Penuh Damai Sejahtera.

Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan roh adalah hidup dan damai sejahtera. Damai sejahtera (Syalom) bukan hanya berbicara tentang keadaan tenang, tetapi syalom adalah damai sejahtera, kemenangan, kelimpahan dan segalanya. ketika Roh Kudus memenuhi kita, salah satu tandanya adalah kita penuh dengan damai dan sukacita.


5. Disembuhkan Secara Total.

Roma 8: 11, "
Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu." 
Ketika bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, tercatat di dalam alkitab bahwa mereka tidak keluar dengan tangan kosong, tidak ada yang lemah dan tidak ada yang tergelincir di antara suku-suku Israel. Inilah berkat Perjanjian Lama ketika bangsa Israel memakan domba paskah. Relevan dengan kehidupan kita dalam Perjanjian baru, bahwa kita menerima dengan iman, Yesus adalah domba paskah kita. Ketika bersatu dengan tubuh dan darah Kristus, maka segala kutuk penyakit yang kita derita akan diganti dengan kesembuhan total oleh karena Roh Allah yang membangkitkan Yesus dari antara orang mati hidup di dalam kita.

6. Mati Terhadap Diri Sendiri - Self/Ego.
Roma 8: 12-13, "
Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.
Kita tidak bisa hidup kudus tanpa Roh Kudus yang tinggal di dalam kita. Kita adalah orang berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Tuhan, Sebab itu, kita butuh Roh Kudus untuk memimpin kita di dalam kekudusan. Dan oleh kuasa Roh, kita bisa mematikan self atau ego yang selama ini bertentangan dengan kehendak Tuhan.

7. Hidup Dipimpin Roh Kudus

Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.
Kita tidak bisa berjalan tanpa Roh Tuhan yang memimpin kita. Sebab itu, serahkanlah hidup kita kepada Tuhan, maka Dia akan membawa kita kepada kebenaran-Nya yang mulia. Dan karena Roh-Nya yang ada di dalam kita, maka kita memiliki identitas sebagai anak-anak Allah.


8. Dilepaskan Dari Roh Ketakutan - Rendah Diri

Roma 8:15, "
Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" 
Penampilan dari luar, tidak menunjang kita adalah seorang yang kaya. Tetapi sikap hati kita yang benar yang menentukan kita sebagai orang-orang yang kaya. Kita tidak perlu rendah diri atau takut untuk menghadapi kenyataan hidup. Mengapa orang yang dikuasai kemiskinan takut untuk memberi? Karena dia dikuasai spirit of poverty (roh kemiskinan). Dan bagaimana caranya untuk mematahkan mental kemiskinan? Yaitu dengan menjadi ahli waris kerajaan sorga.

9. Menjadi Ahli Waris.

Roma 8:16-17,
Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia."
Kita adalah orang-orang yang kaya oleh karya Kristus yang telah mengangkat kita menjadi anak-anak Allah. Kita memiliki Bapa yang menciptakan langit dan bumi dan kita adalah alih waris kerajaan sorga.

10. Tahu Bagaimana Harus Berdoa.

Ro
ma 8:26, " Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan."

Kesepuluh berkat Tuhan di atas adalah pengurapan dari dalam (inward anointing). Sebab itu terimalah dengan iman berkat dan anugerah yang telah di sediakan Tuhan bagi kita, maka Tuhan akan menyatakan kemuliaan-Nya. Amin.


Sunday, January 15, 2012

Fait+Hope+Love=COMMITMENT, By. ems


FAITH
Hebrews 11:1 [NIV], "Now Faith is being sure of what we Hope for and certain of what we do not see."

Matthew 17:20[NIV] "Because you have so little Faith. I tell you the truth, if you have Faith as small as a mustard seed, you can say to this mountain, 'Move from here to there' and it will move. Nothing will be Impossible for you."

HOPE 
Psalm 31:24 [NIV], "Be strong and take Heart , all you who Hope in the Lord"

Jeremiah 17:7-8 [KJV], "Blessed is the man that trusteth in the LORD, and whose Hope the LORD is. For he shall be as a tree planted by the waters, and that spreadeth out her roots by the river, and shall not see when heat cometh, but her leaf shall be green; and shall not be careful in the year of drought, neither shall cease from yielding fruit."

LOVE
1 Corinthians 13:4–8a [NIV], "Love is patient, love is kind. It does not envy, it does not boast, it is not proud. It is not rude, it is not self-seeking, it is not easily angered, it keeps no record of wrongs. Love does not delight in evil but rejoices with the truth. It always protects, always trusts, always hopes, always perseveres. Love never fails ... "

1 Corinthians 13:13 [NIV], "And now these three remain: Faith, Hope and Love. But the greatest of these is Love."
 

COMMITMENT
Commitment with God
Commitment with your life
Commitment with you wife / husband / child  [God created marriage as something special.  He made it as a covenant between a man and a woman.  He made it to be lasting.  Any activity outside of the marriage covenant is outside of what God intended and will lead to problems.]

Psalm 37:5 [NLT], "Commit everything you do to the LORD. Trust him, and he will help you."

Proverbs 16:3 [NIV], "Commit to the LORD whatever you do, and your plans will succeed."

 Exodus 20;14 [NIV], “You shall not commit adultery."

1 Corinthians 13:9-12 [NIV],  "For we know in part and we prophesy in part, but when completeness comes, what is in part disappears.When I was a child, I talked like a child, I thought like a child, I reasoned like a child. When I became a man, I put the ways of childhood behind me. For now we see only a reflection as in a mirror; then we shall see face to face. Now I know in part; then I shall know fully, even as I am fully known." 

Saturday, January 14, 2012

Jesus Bridges the gap



Special Thanks to : MAG

Wednesday, January 11, 2012

You’ll Reap What You Sow


Sermon Summary : Planting seeds is a prerequisite to reaping a spiritual harvest. Plant two kinds of biblical seed — (1) Christian people and (2) God’s word — and you will reap what you sow, that is, an abundant harvest of word-based new believers.


Proverbs 11:24, KJV "There is that scattereth, and yet increaseth; and there is that withholdeth more than is meet, but it tendeth to poverty."
A seeming paradox, but dynamically true spiritually. The more seed you scatter, the more you release from the seed-bag, the greater the harvest.I have always enjoyed planting lawns . Whenever my family and I have moved to a new home, one of the first things we’ve done is to upgrade the lawn, or plant one if there was not one already.Take this hint from a veteran lawn planter — Double the amount of seed recommended in the planting instructions. If you sow grass seed sparsely, you will end up with a sparse lawn that takes quite a bit of time to fill in the resultant blank spots. But if you plant seeds at double the recommended rate, your lawn will come in thick and full from the outset.

Why is that? It’s because of the biblical principle that says you will reap what you sow:
1.“Whatsoever a man soweth, that shall he also reapGalatians 6:7, KJV. The NIV says, "A man reaps what he sows." The content of the seed sown determines the nature of the final crop. This principle always works.

2. “Remember this: "Whoever sows sparingly will also reap sparingly, and whoever sows generously will also reap generously”  2 Corinthians 9:6.

3. Matthew 13:37-38 ...“The one who sowed the good seed is the Son of Man. The field is the world, and the good seed stands for the sons of the kingdom....”




One major fulfillment of spiritual seed planting is Jesus sowing His people into this world :
1. They are “sons of the kingdom.”
2. They are “good seed.”
3. They are being sown into the world-field as Jesus determines their destination.

 How were those results achieved? By following biblical seed-planting principles: 
1.There is that scattereth, and yet increaseth” (Proverbs 11:24, KJV). When seed is scattered, when it is planted, it brings increase.


2. “The field is the world, and the good seed stands for the sons of the kingdom.The weeds are the sons of the evil one ”  Matthew 13:38. Jesus plants His people throughout the world as a “light-and-salt” presence and witness.


Luke 8:11 ..."The seed is the word of God."                                                                    
We have already seen that Jesus scatters His followers as seeds into a world of lost, dying souls. It is those scattered people-seeds who sow the word-seed.


Acts 8:4 "Those who had been scattered [by the persecution] preached the word wherever they went." In the parable of the Sower (Luke 11:5-15), the seed of God’s Word was scattered widely, into all kinds of ground. Some (not all) of it grew into a fruitful harvest.


What then should we be doing? The answer is: Share, share, share! As God’s good seed ourselves, let us be continually sowing the seeds of God’s word in the ears and hearts of all who will listen.


Genesis 1:11 Then God said, “Let the land produce vegetation: seed-bearing plants and trees on the land that bear fruit with seed in it, according to their various kinds.”




This is a principle, a law of God — that is, reproduction after our own kind :
1.    Apples contain seeds that produce more apples.
2.    Fish reproduce their specific kind of fish.
3.    Sheep reproduce sheep.


 Psalm 126:6 "He who goes out weeping, carrying seed to sow, will return with songs of joy, carrying sheaves with him."
The word-sowing process can be very sorrowful :
1.    People can resist and reject the Word you sow.
2.    But some will receive it, and therein is your rejoicing!
 The sowing of people can also be very sorrowful : Many from Ephesus wept when the apostle Paul moved on to further ministry elsewhere (Acts 20:37-38 "And they all wept sore, and fell on Paul's neck, and kissed him,Sorrowing most of all for the words which he spake, that they should see his face no more. And they accompanied him unto the ship.")

Mark 4:26-27 He also said, “This is what the kingdom of God is like. A man scatters seed on the ground. Night and day, whether he sleeps or gets up, the seed sprouts and grows, though he does not know how.” Scattering seed (the good seed of people and of God’s Word) is a necessary part of the kingdom of God. It brings forth fruit, even if we “don’t know how!” Some of us are called primarily to plant, others are called to water, but in either case it will be God who faithfully gives the increase.

Matthew 13:31-32 The kingdom of heaven is like a mustard seed, which a man took and planted on his field. Though it is the smallest of all your seeds, yet when it grows, it is the largest of garden plants and becomes a tree, so that the birds come and perch in its branches.

The vision may start small — just a handful of seed to plant. Good people are equipped in the churches to go forth into their communities as good seed. Other dedicated people are sent forth to plant churches or to the mission field. All of these in turn will sow the word-seed wherever God plants them. And even though, like the farmer noted earlier, we don’t fully comprehend how it all works, God will faithfully bring forth the increase!

In conclusion, then
God’s charge to us is simply to plant seeds — the seeds of people and of God’s word — and you will in due time reap what you have sown.



Source:  http://www.jimfeeney.org/planting-seeds-reaping-sow.html

Monday, January 9, 2012

Sunday, January 1, 2012

Pullman King Power (4*), BKK-Thailand

Pullman King Power, BKK-Thailand
Pullman King Power
8/2, Rangnam Road Thanon-Phayathai,
Ratchathewi, Siam,
Bangkok, Thailand 10400
Room Only : IDR 920.000,- /night

Thank You, God for Everything, By Helen Steiner Rice







Thank you, God for everything …
The big things and the small,
For “every good gift comes from God,”
The Giver of them all.
And all too often we accept
Without any thanks or praise,
The gifts God sends as blessings
Each day in many ways.
And so at this Thanksgiving time,
We offer up a prayer,
To thank You, God, for giving us
A lot more than our share.
First, thank You for the little things
That often come our way,
The things we take for granted,
But don’t mention when we pray.
The unexpected courtesy,
The thoughtful, kindly deed,
A hand reached out to help us
In the time of sudden need.
Oh, make us more aware, dear God,
Of little daily graces
That come to us with “sweet surprise”
From never-dreamed-of places.


Then, thank You for the “miracles”
We are much too blind to see,
And give us new awareness
Of our many gifts from Thee.
And help us to remember
That the key to life and living,
Is to make each prayer a prayer of thanks
And every day Thanksgiving.